Jenderal AS Mark Milley Peringatkan China Kini Lebih Agresif dan Berbahaya
Dalam kunjungannya ke Indo-Pasifik, Jenderal Mark Milley memperingatkan bahwa China lebih agresif dan berbahaya selama lima tahun terakhir ini.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat, Jenderal Mark Milley memperingatkan China menjadi lebih agresif dan berbahaya selama lima tahun terakhir.
Hal ini diungkapkan Milley selama perjalanannya ke Indo-Pasifik yang salah satunya agendanya singgah ke Indonesia pada Minggu (24/7/2022).
Panglima militer AS ini mengatakan bahwa jumlah penyadapan oleh pesawat dan kapal China di kawasan Pasifik meningkat secara signifikan.
"Pesannya adalah militer China, di udara dan di laut, telah menjadi lebih agresif secara signifikan di wilayah tertentu ini," kata Milley pada Minggu (24/7/2022), dikutip dari The Guardian.
Ia berkomentar demikian dalam perjalanan untuk bertemu dengan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa di Jakarta di hari yang sama.
Bersamaan dengan itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berangkat ke Beijing untuk melakukan kunjungan dari tanggal 25 - 26 Juli 2022 untuk bertemu Presiden China Xi Jinping.
Baca juga: BERITA FOTO: Panglima Tentara Amerika Temui Panglima TNI Jenderal Andika, Singgung Militer China
Baca juga: Panglima TNI Tegaskan Satu Kontainer Senjata US Army di Pelabuhan Panjang Bukan Barang Ilegal
Ini menjadi yang pertama dalam dua tahun, seorang pemimpin asing diterima secara individu oleh Beijing selain dari Olimpiade Musim Dingin Februari.
Perjalanan Milley ke Indo-Pasifik fokus pada ancaman China.
Ia akan menghadiri pertemuan dengan kepala pertahanan Indo-Pasifik minggu depan di Australia.
Topik utama yang akan dibahas yakni pertumbuhan militer China yang meningkat dan kebutuhan untuk mempertahankan Pasifik yang bebas, terbuka, dan damai.
Para pejabat militer AS juga telah memperingatkan tentang kemungkinan China menyerang Taiwan pada tahun 2027.
AS juga khawatir dengan perjanjian keamanan yang ditandatangani Beijing pada bulan April dengan Kepulauan Solomon, dapat mengarah pada pembentukan pangkalan angkatan laut China di Pasifik Selatan.
AS dan Australia telah mengecam Kepulauan Solomon jika menjadi tuan rumah pangkalan militer Beijing.
"Ini adalah area di mana China mencoba melakukan penjangkauan untuk tujuan mereka sendiri – dan sekali lagi, ini mengkhawatirkan karena China tidak melakukannya hanya untuk alasan yang tidak berbahaya," kata Milley kepada wartawan menyertai lawatannya.
"Mereka (China) mencoba untuk memperluas pengaruh mereka di seluruh wilayah. Dan itu memiliki konsekuensi potensial yang tidak selalu menguntungkan bagi sekutu dan mitra kami di kawasan ini."
Milley mengatakan, negara-negara Pasifik seperti Indonesia ingin militer AS terlibat di kawasan itu.
"Kami ingin bekerja dengan mereka untuk mengembangkan interoperabilitas dan memodernisasi militer kami secara kolektif," kata Milley.
Baginya, Indonesia secara strategis sangat penting bagi kawasan dan telah lama menjadi mitra utama AS.
Kunjungan Mark Milley ke Indonesia terbilang spesial karena untuk pertama kalinya sejak 14 tahun terakhir, pimpinan tentara AS berkunjung ke tanah air.
Milley menghabiskan sore di markas besar TNI bersama Jenderal Andika Perkasa pada Minggu kemarin.
Ia disambut dengan billboard raksasa bergambar dirinya, parade militer, serta layar yang menampilkan karier militernya.
Baca juga: Mengenal Kehebatan Y-20 Pesawat Angkut Terbesar Produksi China
Baca juga: Panglima Militer Amerika ke Indonesia Jelang Kunjungan Jokowi ke China Bertemu Presiden XI Jinping
Dilaporkan Tribunnews sebelumnya, lawatan Milley ke Jakarta adalah kunjungan perdana Ketua Kepala Staf Gabungan AS sejak Laksamana Mike Mullen pada 2008 silam.
Di akhir kunjungan, Andika mengatakan kepada pers bahwa Indonesia menilai China lebih tegas dan sedikit agresif terkait perselisihan teritorial dengan Indonesia.
Indonesia dan China selama ini berselisih mengenai Laut China Selatan, tepatnya di perairan Natuna.
Beijing mengklaim hampir seluruh lautan tersebut melalui konsep sembilan garis putus-putus.
(Tribunnews.com/Ika Nur Cahyani/Hasanudin Aco)