AS Desak China Kendalikan Junta Militer Myanmar Buntut Eksekusi Mati 4 Aktivis
Ned Price menekan China untuk mengendalikan militer Myanmar menyusul adanya eksekusi mati terhadap empat aktivis demokrasi.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Sejak kudeta pada Februari tahun lalu, 76 tahanan telah dijatuhi hukuman mati, termasuk dua anak-anak, menurut kelompok advokasi Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP) Burma.
Sebanyak 41 orang lainnya telah dijatuhi hukuman mati secara in absentia.
Tindakan junta menuai kecaman dari negara-negara di dunia.
Sejumlah negara terdiri dari Uni Eropa, Australia, Kanada, Jepang, Selandia Baru, Norwegia, Korea Selatan, Inggris dan AS menuliskan pernyataan bersama untuk mengutuk eksekusi terhadap aktivis demokrasi.
Aung Myo Min, Menteri HAM dalam pemerintah Persatuan Nasional Myanmar (NUG) yang dibentuk di pengasingan oleh sejumlah politisi, mengatakan bahwa mereka yang dieksekusi tidak terlibat dalam kekerasan.
"Menghukum mereka dengan kematian adalah cara untuk memerintah publik melalui ketakutan," kata dia kepada Associated Press.
Phyo Zeya Thaw, seorang rapper dan mantan anggota parlemen dari partai Aung San Suu Kyi, dan aktivis demokrasi terkemuka Kyaw Min Yu yang dikenal sebagai Jimmy dituduh bersekongkol melakukan aksi teror.
Baca juga: Myanmar Mengeksekusi 4 Aktivis Anti-kudeta, Picu Kecaman dan Kemarahan Internasional
Keduanya divonis hukuman mati pada Januari lalu.
Sedangkan Hla Myo Aung dan Aung Thura Zaw, dituduh membunuh seorang wanita yang mereka curigai sebagai informan militer di Yangon, lapor AFP.
Menyusul laporan eksekusi, para demonstran di Yangon mengangkat spanduk bertuliskan "kami tidak akan pernah takut".
Sebanyak 14.847 orang telah ditangkap sejak kudeta, sementara 11.759 masih ditahan, menurut AAPP Burma.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)