Sri Lanka Minta Bantuan China untuk Perdagangan, Investasi, dan Pariwisata
Sri Lanka meminta China membantu sektor perdagangan, investasi dan pariwisata agar tumbuh secara berkelanjutan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Foto itu diambil saat Wickremesinghe masih menjabat sebagai Perdana Menteti (PM) Sri Lanka.
Kohona pun berharap tidak ada perubahan mendasar dalam kebijakan pemerintahan baru negaranya terhadap China.
Ia pun memahami bahwa saat ini China merasa sulit untuk bertindak cepat dalam membantu Sri Lanka, karena sebagai kreditur global utama, China juga terkena kesulitan keuangan dalam membantu banyak negara lainnya.
"Mungkin jika hanya Sri Lanka, maka pengambilan keputusan akan jauh lebih mudah," kata Kohona.
Selama beberapa bulan terakhir, Sri Lanka telah melakukan pembicaraan di China untuk paket bantuan senilai 4 miliar dolar AS, yang terdiri dari pinjaman sebesar 1 miliar dolar AS untuk membayar jumlah utang negara itu kepada China yang jatuh tempo pada tahun ini.
Ia juga meminta batas kredit 1,5 miliar dolar AS untuk membayar impor China.
Kohona mengatakan impor ini terutama merupakan input yang dibutuhkan oleh industri garmen yang menguntungkan negaranya, seperti kancing dan ritsleting.
Sri Lanka juga berharap dapat membujuk China untuk mengaktifkan pertukaran mata uang bilateral senilai 1,5 miliar dolar AS.
Kohona menekankan diskusi tentang bantuan keuangan dengan China masih berlangsung, namun belum ada penetapan tanggal untuk pertemuan berikutnya.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada bulan ini bahwa negaranya bersedia bekerja sama dengan negara lain dan lembaga keuangan internasional untuk 'memainkan peran positif' demi membantu Sri Lanka.
Selain bantuan keuangan, Sri Lanka juga berharap China dapat membantu membeli bahan bakar, pupuk, dan pasokan lain yang sangat dibutuhkan.
China menjanjikan 500 juta yuan atau setara 74,09 juta dolar AS untuk bantuan darurat terhadap Sri Lanka pada April dan Mei lalu.
"Kami membutuhkan lebih banyak lagi (bantuan)," pungkas Kohona. (*)