Presiden Sri Lanka: Kolombo akan Diskusikan Bailout dengan IMF Bulan Ini
Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan pembicaraan dengan IMF untuk program senilai $3 miliar dimulai Agustus ini.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan kepada parlemen negara itu bahwa akan berbicara dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket bailout.
Dikutip dari France24, diskusi terebut akan dimulai Agustus ini.
Wickremesinghe mengatakan diskusi dengan IMF untuk program empat tahun yang dapat menyediakan hingga $3 miliar.
"Kami yakin berhasil menyelesaikan diskusi," kata Wickremesinghe dalam pidatonya.
Dia juga meminta anggota parlemen untuk bersatu membentuk pemerintahan semua partai.
Wickremesinghe menyinggung soal amandemen konstitusi diperlukan untuk membatasi kekuasaan presiden.
Baca juga: Negara Didera Krisis, Sri Lanka Tidak Impor Beras: Stok Cukup Sampai Desember
Dikutip dari Reuters, ini menunjukkan dia akan memenuhi tuntutan utama para pengunjuk rasa yang melengserkan pendahulunya, Gotabaya Rajapaksa.
"Presiden suatu negara tidak harus menjadi raja atau dewa yang ditinggikan di atas rakyatnya," ucap Wickremesinghe.
"Dia (presiden) adalah salah satu warga negaranya," tegasnya.
Krisis ekonomi terburuk sepanjang kemerdekaan Sri Lanka
Seperti diketahui, Wickremesinghe menjabat bulan lalu setelah Rajapaksa melarikan diri dari negara itu.
Selang beberapa waktu, Rajapaksa mengirimkan surat pengunduran dirinya setelah protes massa meluas atas kesalahan penanganan ekonominya.
Baca juga: Sri Lanka Cari Bantuan Untuk Memberi Makan Anak-anak di Tengah Krisis Ekonomi
Negara kepulauan berpenduduk 22 juta orang itu menghadapi krisis keuangan terburuk sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948.
Sri Lanka dihadapkan pada cadangan devisa yang mencapai rekor terendah.
Tak berhenti di situ, ekonomi yang terpukul oleh pandemi Covid-19 dan penurunan tajam dalam pendapatan pemerintah juga mempengaruhi situasi ekonomi Kolombo.
Berita lain terkait dengan Krisis Sri Lanka dan Sri Lanka Bangkrut
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)