Taiwan Meyakini China Kerahkan Kapal dan Pesawat Tempur untuk Simulasi Penyerangan
Kapal perang dan pesawat tempur China langgar garis median, militer Taiwan yakin Beijing melakukan simulasi untuk menyerang Taiwan.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Situasi di sekitar Taiwan memanas, setelah China menggelar latihan militer sebagai balasan atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke pulau itu pada Selasa (2/8/2022) lalu.
China mengerahkan pesawat tempur, kapal perang, hingga menembakkan rudal balistik dalam rangkaian latihan tersebut.
Seorang pejabat Taiwan mengatakan, pesawat dan kapal perang China pada Sabtu (6/8/2022) berlatih untuk menyerang Taiwan.
Dilansir Reuters, kunjungan singkat Pelosi ke Taiwan membuat marah Beijing.
Manuver politisi AS itu memicu adanya latihan militer besar-besaran di sekitar Taiwan, hingga peluncuran rudal balistik ke ibu kota Taipei.
Latihan militer China tersebut dijadwalkan berakhir pada Minggu esok.
Baca juga: Ada Pembatasan Wilayah Udara di China dan Taiwan, Singapore Airlines Batalkan Dua Penerbangan
Baca juga: Imbas Kunjungan Ketua DPR Amerika Nancy Pelosi, Akankah Terjadi Perang di Selat Taiwan?
Pada Sabtu (6/8/2022) pagi waktu setempat, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan beberapa kapal dan pesawat tempur China memasuki Selat Taiwan.
Bahkan beberapa di antaranya melanggar garis median yang membagi perairan sensitif di Selat Taiwan, yang memisahkan Taiwan dan China.
Militer Taiwan meyakini ini merupakan simulasi penyerangan China terhadap pulau tersebut.
Tentara Taiwan menyiarkan peringatan dan mengerahkan pasukan patroli pengintaian udara serta kapal untuk memantau, sambil menempatkan rudal dalam keadaan siaga.
Kementerian Pertahanan Taiwan juga mengaku telah menembakkan suar pada Jumat (5/8/2022) malam waktu setempat, untuk memperingatkan tujuh pesawat tak berawak yang terbang di atas pulau Kinmen dan pesawat tak dikenal yang terbang di atas pulau Matsu.
Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, mendarat di Taiwan pada Selasa (2/8/2022) malam.
Kedatangan Pelosi tersebut, mengabaikan peringatan dan ancaman dari Beijing sebelumnya.
Merespons hal itu, China menjatuhkan sanksi kepada politisi Demokrat tersebut serta keluarganya.