Dr Anthony Fauci 'Pamit' dari Jabatan Penasehat Medis Joe Biden?
'Arsitek' kebijakan virus corona (Covid-19) Biden itu sebelumnya mengaku akan mengundurkan diri sebelum akhir masa jabatan Biden.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Dr Anthony Fauci mengumumkan pada Senin kemarin bahwa ia akan mengundurkan diri dari jabatan sebagai Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) serta Kepala Penasehat Medis Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
'Arsitek' kebijakan virus corona (Covid-19) Biden itu sebelumnya mengaku akan mengundurkan diri sebelum akhir masa jabatan Biden.
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (23/8/2022), dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh NIAID, Fauci mengatakan bahwa dirinya akan meninggalkan posisinya itu pada Desember mendatang.
Ini ia lakukan setelah menjabat selama 38 tahun sebagai pemimpin NIAID serta Kepala Penasehat Medis Biden sejak awal masa jabatan presiden tersebut pada Januari lalu.
Fauci mengatakan bahwa meskipun ia akan meninggalkan jabatan tersebut, namun dirinya tidak pensiun.
Dokter berusia 81 tahun itu menegaskan akan terus memajukan ilmu pengetahuan dan kesehatan masyarakat, serta menginspirasi dan membimbing generasi pemimpin ilmiah berikutnya.
Baca juga: Pakar Penyakit Menular AS Anthony Fauci Positif Covid-19
Menjadi pengawas aksi tanggap Biden terhadap Covid-19 dan menasehati mantan Presiden Donald Trump terkait virus tersebut, Fauci telah menjadi sosok yang sangat memecah belah.
Karena kaum Liberal dan Demokrat melihatnya sebagai perwakilan dari sains itu sendiri.
Sedangkan Partai Republik dan konservatif melihat mandat vaksin dan penggunaan maskernya sebagai tirani.
Pengakuannya bahwa ia menyesatkan publik mengenai berapa banyak orang Amerika yang perlu divaksinasi untuk mencapai 'kekebalan komunal' (herd immunity) bahkan semakin meningkatkan ketidakpercayaan ini.
Fauci sendiri dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 pada Juni lalu, meski telah menerima 4 dosis vaksin.
Ia dites positif untuk kedua kalinya dua minggu kemudian dalam apa yang ia sebut sebagai kasus 'rebound', yang dialami oleh beberapa orang yang menggunakan obat antivirus Pfizer, Paxlovid.
Saat dirinya mengumumkan pengunduran dirinya, data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menunjukkan bahwa negara itu mencatat rata-rata kasus mingguan di bawah 94.000 per hari.
Angka ini memang turun dari lonjakan 475.000 kasus pada Januari lalu, namun lebih tinggi daripada kasus di manapun selama bulan-bulan musim panas 2020 dan 2021.
Sementara itu, kematian yang terkait dengan virus ini telah turun dari rata-rata lebih dari 2.700 pada Januari menjadi 392 kasus pada minggu lalu, angkanya setara dengan angka dari dua musim panas sebelumnya.
Pengunduran diri Fauci sebenarnya bukan merupakan hal yang tidak terduga, karena dalam sebuah wawancara dengan media Politico pada bulan lalu, ia mengatakan bahwa dirinya akan mundur sebelum akhir masa jabatan pertama Biden pada Januari 2025.
Fauci menggambarkan keadaan virus saat ini di AS sebagai sesuatu yang 'stabil'.
Namun ia memprediksi bahwa di masa depan, masyarakat akan mengambil suntikan vaksin tahunan atau dua kali setahun dalam upaya untuk mencegah penularan.