Presiden Terpilih AS Ogah Beri Bantuan, Kandidat Kanselir Jerman Malah Akan Kirim Taurus ke Kiev
Kandidat kuat Kanselir Jerman, Friedrich Merz, menyatakan akan mengirim rudal jarak jauh andalannya ke Kiev jika terpilih
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump menyatakan akan menghentikan bantuan ke Ukraina setelah dirinya dilantik pada 20 Januari 2025.
Berbeda dengan Trump, kandidat kuat Kanselir Jerman, Friedrich Merz, menyatakan akan mengirim rudal jarak jauh andalannya ke Kiev jika terpilih menjadi orang nomor satu di Jerman.
Namun demikian, mengingat ada suku cadang dari rudal tersebut buatan AS, maka pentolan dari aliansi konservatifnya CDU/CSU Jerman tersebut akan mengoordinasikan dengan negeri Paman Sam.
Baca juga: Donetsk Makin Ringkih: Semua Pasrah Rusia Telah Masuk Pokrovsk, Dnieperpetrovsk Selanjutnya
Aliansi konservatifnya CDU/CSU memimpin dalam jajak pendapat menjelang pemilihan Februari 2025 mendatang, sementara kanselir sekarang, Olaf Scholz kalah telak.
Dikutip dari media asal Jerman, Bild, butuh setidaknya minimal empat bulan agar rudal tersebut bisa digunakan oleh pasukan Ukraina. Sehingga bantuan tersebut kemungkinannya paling cepat akan terlaksana pada pertengahan 2025 mendatang.
Ia menjelaskan, pelatihan personel Ukraina untuk rudal ini akan memakan waktu setidaknya empat bulan dan tidak akan selesai sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump menjabat.
Baca juga: Lanjutkan Hidup Mewah di Rusia, Berapa Kekayaan Bashar al-Assad dan Di Mana Lokasinya?
"Dan itulah sebabnya saya menganjurkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini bersama-sama dengan Amerika. Tidak sendirian, tidak di Jerman, tetapi bersama-sama dengan Eropa dan Amerika," kata Merz kepada Bild selama kunjungannya ke Kyiv.
Kembalinya Trump ke Gedung Putih menimbulkan kekhawatiran di antara mitra Kyiv di Eropa karena presiden terpilih mengisyaratkan penurunan dukungan militer untuk Ukraina.
Merz tiba di ibu kota Ukraina untuk berunding dengan Presiden Volodymyr Zelensky, menjanjikan strategi yang lebih tegas mengenai serangan jarak jauh terhadap Rusia.
"Kami ingin pasukan Anda mampu menyerang pangkalan militer di Rusia. Bukan penduduk sipil, bukan infrastruktur, tetapi target militer tempat negara Anda diserang," kata Merz.
Ia sebelumnya menyuarakan dukungan untuk menyediakan rudal Taurus bagi Ukraina, sebuah langkah yang ditolak Kanselir Olaf Scholz, karena khawatir akan menyeret Jerman ke dalam perang.
Berbicara kepada Bild, Merz mengatakan bahwa rudal jelajah Swedia-Jerman dengan jangkauan 500 kilometer (310 mil) tidak akan menjadi pengubah permainan yang "ajaib" dalam perang.
Politisi itu juga menekankan bahwa ia setuju dengan Scholz bahwa Jerman tidak boleh menjadi pihak yang berperang, tetapi ia menunjukkan bahwa baik Inggris maupun AS tidak menjadi pihak yang berperang ketika mencabut pembatasan senjata yang mereka sediakan.
Seperti diketahui, Inggris dan Prancis telah mengirimkan Storm Shadow dan SCALP sejak beberapa bulan setelah invasi Rusia ke Ukraina di mulai 2022 lalu.
Setelah Presiden AS Joe Biden mengizinkan rudal jarak jauhnya dipakai menyerang bagian dalam Rusia, secara otomatis Storm Shadow/SCALP juga bisa digunakan untuk menyerang.
Akan tetapi bantuan AS tersebut diperkirakan bakal terhenti setelah Trump resmi jadi Presiden AS. (Bild/Kyiv Independent)