Dominic Abelen, Tentara Selandia Baru Pertama yang Tewas dalam Perang Rusia-Ukraina
Seorang tentara Selandia Baru bernama Dominic Abelen yang ikut berperang melawan invasi Rusia dilaporkan tewas di Ukraina.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Seorang tentara Selandia Baru dilaporkan terbunuh di Ukraina.
Tentara bernama Dominic Abelen (30) itu menjadi militer asing terbaru sekaligus orang Selandia Baru pertama yang tewas dalam perang di Ukraina.
Seorang rekannya mengatakan kepada Guardian, bahwa Abelen mendaftar di legiun internasional Ukraina.
Ia bersama ribuan tentara asing lainnya menjadi sukarelawan untuk membantu berperang melawan Rusia.
Dominic Abelen telah bertugas sebagai anggota militer Selandia Baru selama 10 tahun, jelas militer dalam pernyataan tertulis pada Kamis (25/8/2022).
Abelen sebelumnya dikerahkan ke Irak dan berbasis di Christchurch sebelum berangkat ke Ukraina.
Baca juga: PBB Desak agar Perang Tak Masuk Akal Rusia dan Ukraina Diakhiri: Kyiv Butuh Perdamaian
Ia rupanya tidak memberi tahu kesatuannya, bahkan tidak meminta izin, saat akan berangkat ke Ukraina.
Sebelumnya, dua warga negara Inggris, dua orang Amerika, satu orang Australia, dan empat warga Georgia telah dipastikan tewas di Ukraina.
Kendati demikian, diperkirakan korban jiwa dari tentara asing atau warga asing di Ukraina lebih tinggi.
Beberapa pejuang asing lainnya menghadapi hukuman mati setelah ditangkap oleh pasukan Rusia.
Dua orang yang mengenal Abelen, mengatakan kepada Guardian bahwa ia ikut berperang di garis depan setelah mendaftar legiun asing.
Mereka tidak menjelaskan berapa lama Abelen berada di Ukraina, tetapi diperkirakan sudah beberapa bulan.
Militer Selandia Baru belum memberikan komentar terkait kabar bahwa Abelen tewas di Ukraina.
Pasalnya, Abelen saat ini dalam status tidak bertugas aktif.
Namun komandannya menilai sosok Abelen sangat disukai dan dihormati.
"Kopral Abelen adalah seorang perwira junior yang tidak ditugaskan yang berkualitas, seorang anggota terpercaya dan karakter mutlak yang benar-benar peduli pada tentara dan teman-temannya," kata Letnan Kolonel Cory Neale.
Dalam pernyataan yang dirilis militer, ayah Abelen mengatakan dia mendukung tindakan putranya yang "baik hati, lembut" dalam "berdiri dan melakukan apa yang menurutnya benar".
"Dia tidak memberi tahu kami bahwa dia akan pergi ke Ukraina sampai dia ada di sana," kata ayahnya.
"Dia tahu kita akan membujuknya keluar dari Ukraina. Dia juga tahu risiko pergi ke sana, tetapi masih berjuang untuk mereka," imbuh ayah Abelen yang tidak disebutkan namanya.
Selandia Baru tidak menempatkan personel militer di Ukraina.
Namun, pemerintahannya memberikan bantuan kemanusiaan dan mengirim pasukan ke Inggris untuk membantu melatih tentara Ukraina.
Militer Selandia Baru mengatakan tidak mengetahui rencana perjalanan Abelen dan tidak secara rutin memeriksa posisi tentara yang sedang cuti tanpa bayaran.
Namun pernyataannya mengatakan bahwa mereka masih menganggap para prajurit itu dalam dinas aktif.
Dengan status tersebut, militer wajib memberi tahu atasan tentang rencana perjalanan internasional dan meminta persetujuan untuk memasuki negara tertentu, termasuk Ukraina.
Abelen tidak melakukannya, menurut pernyataan itu, dan tidak ada personel yang diberi izin untuk memasuki negara itu.
Aaron Wood, juru bicara organisasi veteran No Duff, mengatakan dia mengetahui puluhan tentara Selandia Baru di Ukraina yang bekerja dalam peran tempur dan non-tempur.
Baca juga: MENGERIKAN! Rudal Rusia Hantam Kereta Ukraina, 200 Prajurit Tewas, Ukraina Ancam Tangkap Putin
Rata-rata mereka sedang cuti tanpa bayaran dari tugas aktif.
Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Nanaia Mahuta, mengatakan pemerintah akan bekerja sama dengan keluarga Abelen dan pejabat konsuler Selandia Baru di Polandia untuk memulangkan jenazahnya dan mempelajari lebih lanjut tentang kematiannya.
Oleksandr Kirichuk, mantan konsul kehormatan Ukraina di Selandia Baru, mengaku menerima ratusan pertanyaan tentang cara bergabung ke legiun asing Ukraina.
Ia pun berusaha mencegah warga Selandia Baru untuk terjun dalam perang Rusia-Ukraina.
Kirichuk sendiri telah berhenti dari jabatannya karena tidak setuju dengan desakan Kyiv agar orang asing berperang di Ukraina.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)