Pakistan Umumkan Keadaan Darurat Nasional, Korban Meninggal akibat Banjir Hampir Capai 1.000 Orang
Pakistan menyatakan keadaan darurat nasional, korban meninggal akibat banjir hampir mencapai 1.000 orang, lebih dari 30 juta orang kehilangan rumah.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Pakistan menyatakan keadaan darurat nasional ketika korban meninggal akibat banjir hampir mencapai 1.000 orang.
Diketahui, lebih dari 30 juta orang kehilangan tempat tinggal diakibatkan hujan monsun yang terus mengguyur negara Asia Selatan itu.
Dikutip Al Jazeera, berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA), sedikitnya 937 orang telah tewas sejak pertengahan Juni, termasuk 343 anak-anak.
Sebagian besar wilayah barat daya provinsi Balochistan masih terendam, membawa kembali ingatan akan banjir yang menghancurkan tahun 2010.
Lebih dari separuh korban berasal dari Balochistan dan provinsi Sindh selatan.
Di mana masing-masing 234 dan 306 orang tewas di tengah rekor hujan yang melanda setengah juta rumah di seluruh negeri.
Baca juga: Banjir Bandang Melanda Pakistan, 549 Orang Tewas
Duka warga Pakistan
Fida Hussain Shahani, seorang buruh dari sebuah desa terpencil di Sindh, berduka atas anaknya yang tersapu banjir.
“Kemarin, air banjir terus naik dan masuk ke rumah kami. Saat mencoba mencapai tempat yang tinggi, putra saya yang berusia 17 tahun tertinggal. Saya baru berhasil menemukan jenazahnya pagi ini,” kata Shahani dari Desa Shahani, Jumat.
Pria berusia 42 tahun itu mengatakan keluarganya yang terdiri dari 12 orang belum diberikan bantuan apa pun dari pemerintah dan hanya sukarelawan yang datang membantunya.
Dia mengatakan besarnya hujan tahun ini belum pernah terjadi sebelumnya.
“Segalanya tidak terlalu buruk bahkan pada banjir tahun 2010. Kami tidak pernah harus meninggalkan desa kami tetapi kali ini, semuanya hancur,” katanya.
Baca juga: Terjadi di Pakistan, Penjaga Sekolah Tega Cekik Istrinya hingga Tewas di Hadapan Anak-Anaknya
Perdana Menteri Shehbaz Sharif telah menunda perjalanan resminya ke Inggris.
Diketahui, Sharif meminta dana dari negara-negara sahabat dan lembaga internasional di tengah banjir terburuk dalam beberapa dekade.
“Hujan yang sedang berlangsung telah menyebabkan kehancuran di seluruh negeri. Kerugiannya, meski belum didokumentasikan, sebanding dengan banjir bandang tahun 2010,” cuit Sharif, merujuk pada banjir mematikan tahun 2010 .
100 distrik terisolasi
Lebih dari 100 distrik di empat provinsi dilanda banjir, dengan ibu kota Balochistan, Quetta, terisolasi dari bagian lain negara itu karena banyak jalan raya dan jembatan tersapu banjir.
Di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, di mana hampir 200 orang tewas, upaya penyelamatan sedang dilakukan, terutama di daerah yang paling parah dilanda Swat dan Dir.
“Di KP utara [Khyber Pakhtunkhwa] kami melihat Swat dan Dir di mana kami mengalami situasi banjir bandang, dan dengan banyak populasi di tepian sungai, fokus kami ada di sana,” kata Muhammad Ali Saif, juru bicara provinsi tersebut.
Baca juga: 147 Orang di Pakistan Tewas Akibat Hujan Monsun dalam Waktu Kurang dari Sebulan
Dia menambahkan bahwa distrik Dera Ismail Khan dan Tank di selatan provinsi juga terpengaruh.
“Kami telah berhasil mengevakuasi sejumlah besar orang, dan memberi mereka akomodasi sementara di tenda-tenda,” katanya.
Menurut perkiraan NDMA, sebagian Punjab dan Khyber Pakhtunkhwa mungkin menghadapi "tingkat banjir yang sangat tinggi hingga sangat tinggi" dalam beberapa hari ke depan.
Balochistan juga menghadapi ancaman lebih banyak banjir bandang.
Dua provinsi yang paling parah terkena dampak – Balochistan dan Sindh – masing-masing telah menerima 298mm dan 689mm hujan tahun ini, yaitu sekitar 400 persen lebih banyak dari rata-rata 30 tahun.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)