Putin Teken Dekrit untuk Tambah Pasukan, Jenderal AS: Bukti Rusia dalam Masalah di Ukraina
Keputusan Putin menambah pasukan di tengah invasinya ke Ukraina dianggap menunjukkan kondisi genting pasukan Rusia karena perang.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Pensiunan jenderal AS menilai keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin menambah pasukannya menunjukkan militer Rusia dalam kesulitan di Ukraina.
Kemajuan invasi Rusia yang sudah berjalan selama enam bulan ini, terhambat sejumlah masalah serta pertahanan kuat dari militer Ukraina.
Dukungan AS dan sekutunya kepada Ukraina juga memaksa pasukan Moskow mundur ke wilayah timur.
Kondisi militer Rusia sempat dilaporkan kekurangan motivasi hingga banyak yang telah terbunuh.
Menyusul kabar tersebut, Presiden Putin pekan ini meneken dekrit untuk meningkatkan jumlah personel.
Militer diperintahkan untuk menambah 137.000 tentara baru.
Baca juga: Vladimir Putin Tambah 137.000 Tentara, Invasi Rusia ke Ukraina Semakin Masif
Keputusan itu mulai berlaku 1 Januari dan kemungkinan akan bergantung pada sukarelawan, menurut AP News.
Pensiunan Letnan Jenderal Angkatan Darat AS, Mark Hertling, mengatakan kepada CNN, perintah ini merupakan pertanda buruk bagi prospek Rusia untuk meraih kemenangan di Ukraina.
"Ini memberitahu saya bahwa mereka (pasukan Rusia) dalam masalah," kata Hertling, Sabtu (27/8/2022), dikutip dari Newsweek.
Ia membeberkan kemungkinan alasan dari perintah itu, yang menurutnya karena unit garis depan Rusia memiliki kekuatan rendah.
Ia juga mengatakan, upaya perekrutan akan menargetkan orang-orang berusia hingga 60 tahun.
"Apakah mereka akan menempatkan tentara baru yang mereka rekrut melalui pelatihan dasar yang mereka miliki, yang sejujurnya, sangat tidak baik dan kemudian mengirim mereka langsung ke unit untuk mencoba mempelajari operasi senjata gabungan, yang sangat sulit, tanpa pelatihan tambahan? Jika itu terjadi, mereka akan mendapat masalah," kata Hertling.
"Saya tahu militer Rusia itu buruk. Saya tidak tahu mereka seburuk itu, berdasarkan pengamatan dan diskusi pribadi dengan pemimpin mereka."
Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini menandatangani dekrit untuk meningkatkan jumlah angkatan bersenjata dari 1,9 juta menjadi 2,04 juta.
Intelijen Inggris dalam pembaruannya pada Minggu (28/8/2022), menyinggung soal keputusan pemimpin Rusia itu.
Menurut intelijen Inggris, belum jelas bagaimana langkah Moskow untuk meningkatkan anggota militernya, apakah dengan merekrut tentara kontrak atau meningkatkan target tahunan wajib militer.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan bahwa di bawah undang-undang Rusia yang sekarang berlaku, keputusan tersebut tidak mungkin membuat "kemajuan substantif" menuju peningkatan kekuatan tempur Rusia, lapor Guardian.
Menurut laporan AP News, Rusia mewajibkan semua pria usia 18 hingga 27 tahun untuk menjalani wajib militer setidaknya satu tahun.
Namun, banyak yang menghindarinya karena alasan kesehatan atau kuliah.
Ketika militer Rusia terhenti di Ukraina, Kremlin dalam beberapa bulan terakhir telah melakukan beberapa upaya untuk menemukan rekrutan baru.
Baca juga: AS Bakal Tunjuk Dubes Arktik, Cegah Ancaman Rusia di Wilayah Kutub Utara
Rusia menawarkan bonus uang tunai kepada sukarelawan yang berperang di Ukraina, lapor intelijen Inggris pada awal Agustus ini.
Kremlin juga dilaporkan memaksa sedikitnya 430 penambang dari wilayah Luhansk untuk turun ke medan perang, menurut gubernur Serhiy Haidai.
Tetapi upaya perekrutan yang meningkat memiliki beberapa konsekuensi.
Grup Wagner, yang membantu perekrutan militer Rusia, diduga telah menurunkan standar rekrutmennya karena kerugian besar.
Sementara itu, pasukan lain telah dikerahkan ke garis depan di Ukraina dengan sedikit atau tanpa pelatihan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)