Situs UNESCO Pemukiman Tertua di Dunia di Moenjodaro Pakistan Rusak Parah Akibat Banjir
Situs warisan UNESCO, Moenjodaro di Lembah Sungai Indus, pemukiman manusia tertua di dunia rusak parah akibat banjir yang melanda Pakistan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Salah satu pemukiman manusia tertua di dunia rusak parah akibat hujan deras di Pakistan.
Seperti diketahui, Pakistan dikepung banjir terburuk dalam sejarahnya beberapa wakut kemarin.
Dikutip CNN, Moenjodaro (juga disebut Mohenjo-daro) merupakan sebuah situs Warisan Dunia (UNESC) di Lembah Sungai Indus 508 kilometer (316 mil) dari Karachi.
Situ ini dibangun pada Zaman Perunggu, sekitar 5.000 tahun yang lalu.
"Sayangnya kami menyaksikan penghancuran massal di situs itu," bunyi surat dari Departemen Kebudayaan, Pariwisata, & Purbakala negara bagian Singh yang dikirim ke UNESCO dan ditandatangani oleh kurator Ihsan Ali Abbasi dan arsitek Naveed Ahmed Sangah.
Surat pernyataan itu menambahkan bahwa situs itu digunakan sebagai akomodasi sementara bagi penduduk sekitar yang rumahnya sendiri terendam banjir.
Baca juga: Danau Terbesar di Pakistan Terancam Meluap, Ribuan Rumah Warga Berisiko Terendam
“Atas dasar kemanusiaan, kami memberi mereka perlindungan di tempat tinggal kami, area parkir, toko (dan) lantai dasar museum,” surat itu menjelaskan.
Saat ini, diperkirakan sepertiga dari Pakistan terendam air setelah hujan monsun bercampur dengan air dari gletser yang mencair.
Rentan kerusakan lingkungan
Sebagian besar bangunan Moenjodaro yang ditemukan pada tahun 1920-an berada di atas tanah dan rentan terhadap kerusakan lingkungan.
Gambar yang disertakan dalam surat dari penjaga situs menunjukkan dinding bata yang runtuh dan lapisan lumpur menutupi situs.
Surat tersebut menjelaskan beberapa tindakan segera yang telah diambil oleh tim lokasi untuk mengurangi kerusakan akibat banjir, seperti membawa pompa air, memperbaiki tembok bata, dan membersihkan saluran air.
Tetapi jelas bahwa langkah-langkah ini tidak akan cukup.
Abbasi dan Sangah mengakhiri surat mereka dengan meminta 100 juta rupee Pakistan ($45 juta) untuk menutupi biaya perbaikan penuh.
Baca juga: Korban Meninggal Terdampak Banjir Pakistan Lampaui Angka 1.300