Ahli Anestesi Diduga Racuni Kantong Infus, Akibatkan Seorang Dokter Tewas
Seorang ahli anestesi di Texas ditangkap karena diduga merusak kantong infus dan menyebabkan kematian seorang rekan kerja.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Seorang ahli anestesi di Dallas, Texas ditangkap karena diduga meracuni kantong infus hingga mengakibatkan kematian seorang dokter.
Raynaldo Rivera Ortiz Jr diamankan pihak berwajib pada Rabu (14/9/2022) karena diduga menyuntikkan obat penghambat saraf ke dalam kantong infus tersebut.
Menurut rilis Kantor Kejaksaan AS, tindakan itu telah mengakibatkan rekan kerja Ortiz tewas dan beberapa pasien dalam kondisi darurat jantung.
Pria 59 tahun itu didakwa merusak produk konsumen yang menyebabkan kematian dan pemalsuan obat yang disengaja.
"Satu insiden melukai pasien yang tampaknya disengaja akan membingungkan; beberapa insiden benar-benar mengganggu. Namun, pada titik ini, kami percaya bahwa masalahnya terbatas pada satu individu, yang saat ini berada di balik jeruji besi," kata Jaksa AS Chad E. Meacham.
Ortiz dijadwalkan menjalani persidangan perdananya pada Jumat (16/9/2022) pagi waktu setempat.
Baca juga: Tanda Penuaan Dini Cepat Muncul, Dokter Bagikan Tips Merawat Area Mata
Ia menghadapi ancaman hukuman maksimal penjara seumur hidup jika terbukti bersalah.
Dilansir CNN, kasus ini bermula dari serangkaian insiden darurat jantung mendadak di fasilitas kesehatan Baylor Scott & White Surgicare di North Dallas dari Mei hingga September.
Salah satu insiden tragis menimpa Dr. Melanie Kaspar (55).
Ia meninggal dunia setelah mengalami kondisi darurat usai memakai infus pada Juni lalu.
Menurut dokumen pengaduan, Kaspar mengalami serangan jantung yang serius dan meninggal setelah memasang kantong infus saline dari pusat bedah tempat ia dan Ortiz bekerja.
Saat itu, Kaspar memasang sendiri infus itu untuk mengobati dehidrasi yang ia alami.
Hasil autopsi pada 24 Agustus mengungkap bahwa Kaspar meninggal karena dosis mematikan dari zat penghambat saraf yang disebut bupivacaine.
Zat itu biasa digunakan selama pemberian anestesi.
Menyusul hal ini, seorang remaja 18 tahun juga dilaporkan mengalami komplikasi mendadak di tengah operasi pada 24 Agustus.
Alhasil pasien itu harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari, jelas dokumen pengaduan.
Penyelidik kemudian memeriksa beberapa kantong infus dari rumah sakit bedah tersebut.
Mereka menemukan bahwa terdapat tusukan kecil pada dua kemasan infus.
Bukti rekaman dari CCTV menghubungkan Ortiz dengan beberapa insiden, menurut dokumen pengaduan.
Salah satunya pada 4 Agustus 2022, CCTV menunjukkan Ortiz menempatkan kantong infus di luar ruang operasi yang suhunya lebih hangat tepat sebelum pasien mengalami masalah medis yang tidak terduga selama operasi rutin, lapor People.
"Jika orang lain di (fasilitas bedah) selain Ortiz yang bertanggung jawab atas kejadian ini, kemungkinan akan ada beberapa bukti video dari orang tersebut yang menangani kantong infus," kata dokumen.
"Sebaliknya, bukti video menunjukkan Ortiz secara misterius menempatkan kantong infus di penghangat tepat di dekat waktu kejadian buruk yang sedang diselidiki."
Baca juga: Korban Pemerkosaan Berisiko Tinggi HIV AIDS, Dokter Jelaskan Penyebabnya
Baca juga: Jejak Dinosaurus dari 113 Juta Tahun Lalu Muncul saat Terjadi Kekeringan Parah di Texas
Penyelidik juga menemukan bahwa fasilitas bedah telah mulai menyelidiki Ortiz pada 19 Mei karena diduga menyimpang dari standar perawatan dengan pasien, kata pengaduan.
Ortiz berada di bawah penyelidikan disipliner pada 24 Mei, dan insiden darurat jantung pertama terjadi akhir minggu itu, kata pengaduan.
Ortiz pertama kali mendapatkan lisensi medisnya pada Februari 1991 dan berpraktik sebagai ahli anestesi di pusat bedah di Dallas, menurut pengaduan pidana.
Pada tanggal 9 September, panel disiplin Dewan Medis Texas diberitahu tentang tuduhan tersebut dan untuk sementara menangguhkan lisensi medis Ortiz di Texas.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)