Pekan Ini, Sri Lanka Paparkan Rencana Restrukturisasi Utang pada Kreditur Internasional
Sri Lanka juga akan memaparkan masalah ekonomi yang melanda negara tersebut dalam presentasi yang diadakan pada Jumat (23/9/2022).
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Sri Lanka yang sedang dilanda krisis ekonomi akan memaparkan presentasi kepada kreditur internasionalnya mengenai rencana restrukturisasi utang dan dana talangan dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Sri Lanka juga akan memaparkan masalah ekonomi yang melanda negara tersebut dalam presentasi yang diadakan pada Jumat (23/9/2022).
Melansir dari Reuters, salah urus ekonomi selama bertahun-tahun ditambah dengan pandemi Covid-19, telah memicu krisis ekonomi terburuk di Sri Lanka sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948, yang menyebabkan negara ini gagal membayar utang negaranya.
Baca juga: Ekonomi Sri Lanka Menyusut 8,4 Persen, Dipicu oleh Krisis Pupuk dan Bahan Bakar
Melalui firma hukum Clifford Chance, Kementerian Keuangan Sri Lanka mengatakan presentasi pada 23 September besok akan terbuka bagi semua kreditur eksternal dan akan ada "sesi interaktif" bagi peserta yang ingin mengajukan pertanyaan.
Kesengsaraan di Sri Lanka memuncak pada bulan Juli lalu, saat mantan presiden negara itu, Gotabaya Rajapaksa meninggalkan Sri Lanka dan mengundurkan diri diri dari jabatannya setelah menuai protes publik yang diwarnai kekerasan.
Pengganti Gotabaya Rajapaksa, Ranil Wickremesinghe telah mencapai kesepakatan awal dengan IMF, yang diperkirakan akan memberikan pinjaman sebesar 2,9 miliar dolar AS kepada Sri Lanka selama empat tahun.
"Pihak berwenang bermaksud untuk memperbarui kreditur eksternal mereka pada perkembangan ekonomi makro terbaru, tujuan utama dari paket reformasi yang disepakati dengan IMF ... dan langkah selanjutnya dari proses restrukturisasi utang," kata Kementerian Keuangan Sri Lanka.
Sementara itu, penduduk miskin yang mendesak Rajapaksa mengundurkan diri dari jabatannya, masih belum sepenuhnya menerima Wickremesinghe, yang dilihat banyak sebagai politikus yang tidak jauh berbeda dengan pendahulunya.
Baca juga: IMF Mulai Adakan Pembicaraan Tentang Restrukturisasi Utang Sri Lanka
Sri Lanka menerima pinjaman yang begitu kompleks, dengan perkiraan total berkisar dari 85 miliar dolar AS hingga lebih dari 100 miliar dolar AS.
Para keditur negara itu, seperti India, Jepang dan China harus menemukan landasan bersama mengenai cara untuk mengurangi utang yang mereka terima dari Sri Lanka.