Putin Deklarasikan Mobilisasi Parsial, Rusia Mulai Kewalahan Hadapi Pasukan Ukraina?
Rusia memiliki cadangan militer lebih dari 2 juta orang, termasuk mereka yang telah melaksanakan dinas wajib militer di Rusia
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan "mobilisasi parsial" pada Rabu (21/9/2022) pagi, menyusul banyaknya pasukan Moskow yang menjadi korban perang di Ukraina.
Dalam pidatonya, Putin mengatakan mobilisasi akan segera dimulai untuk membantu pasukan Rusia melawan "kolektif Barat" di Ukraina.
Ini akan menjadi pertama kalinya Rusia melakukan mobilisasi sejak invasi Nazi ke Uni Soviet pada tahun 1941.
Baca juga: Wilayah Donbas, Kherson, dan Zaporizhia di Ukraina Memulai Referendum untuk Gabung Rusia
Dikutip dari The Moscow Times, hukum di Rusia mengizinkan mobilisasi jika terjadi agresi asing atau serangan terhadap Rusia, guna mempersiapkan ekonomi Rusia dan Angkatan Bersenjata untuk berperang. Secara khusus, itu berarti memanggil "tentara cadangan" Rusia.
Namun tidak seperti mobilisasi umum yang memungkinkan Rusia memanggil 2 juta pasukan cadangannya, mobilisasi parsial menetapkan hanya kelompok cadangan tertentu atau mereka yang berasal dari wilayah tertentu yang akan dipanggil ke medan tempur.
Lantas siapa saja "tentara cadangan" yang akan dikerahkan Rusia untuk bertempur di Ukraina?
Menurut Putin, mobilisasi parsial yang diumumkan pada Rabu kemarin akan terbatas pada pasukan cadangan dengan pengalaman militer yang relevan.
“Kita berbicara tentang mobilisasi parsial. Artinya, hanya warga negara yang saat ini berada di cadangan dan, di atas segalanya, mereka yang pernah bertugas di Angkatan Bersenjata, memiliki keterampilan militer dan pengalaman yang relevan. Hanya mereka yang akan dikenakan wajib militer,” ungkap Pemimpin Rusia ini.
Baca juga: Bule Asal Rusia Ditemukan Tewas Posisi Duduk di Kursi, Rekan Ungkap Saat Terakhir Bertemu Korban
Rusia memiliki cadangan militer lebih dari 2 juta orang, termasuk mereka yang telah melaksanakan dinas wajib militer di Rusia, pensiunan perwira dan mereka yang telah meninggalkan tugas aktif.
Namun menurut pernyataan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu yang disiarkan di televisi setelah pidato Putin, melalui mobilisasi parsial ini Moskow akan memanggil sekitar 300.000 tentara cadangan.
Jumlah ini cukup besar, terutama jika dibandingkan dengan 190.000 tentara yang diperkirakan telah dikumpulkan Rusia untuk menginvasi Ukraina pada bulan Februari lalu.
“Mobilisasi itu disebut parsial, tetapi tidak ada parameter … baik teritorial maupun kategoris – tidak diindikasikan,” kata analis politik Rusia, Yekaterina Schulmann.
Pengamat menyadari bahwa dekrit mengenai mobilisasi yang ditandatangani Putin pada Rabu kemarin, memberi Kementerian Pertahanan lebih banyak kelonggaran untuk usia pria yang mengikuti wajib militer daripada yang disarankan Putin dan Shoigu.
“Pada kenyataannya, Kementerian Pertahanan Rusia akan memutuskan orang mana, di mana, dan dalam jumlah berapa yang akan dikirim ke perang,” tulis advokat hak asasi manusia, Pavel Chikov, tak lama setelah pengumuman Putin dan penerbitan dekrit tersebut.
Baca juga: Rusia Rekrut Pengunjuk Rasa Anti-Perang jadi Militer setelah Putin Umumkan Mobilisasi Parsial
Dampak mobilisasi dan tugas cadangan militer di perang Ukraiana
Menurut para analis, mobilisasi tersebut akan memakan proses yang panjang dan sumber daya yang banyak, yang berarti tidak mungkin ada dampak langsung di medan perang.
“Saya tidak melihat bagaimana Rusia dapat membuat unit cadangan baru yang dipanggil dengan peralatan yang berfungsi senilai batalion, itu adalah proses yang akan memakan waktu beberapa bulan,” ujar analis militer di RAND Corporation, Dara Massicot.
Bahkan saat unit tersebut siap, Rusia kemungkinan hanya akan mengerahkan mereka untuk melakukan tugas-tugas yang relatif sederhana seperti memegang posisi defensif.
Baca juga: Setelah Pengumuman Mobilisasi Parsial, Seorang Tentara Cadangan Akui Buru-buru Tinggalkan Rusia
Hal tersebut dilakukan, agar tidak menipiskan peluang Rusia merebut seluruh wilayah Donbas di Ukraina timur, menurut Massicot.