Korsel Dilanda Kekurangan Kimchi, Makanan Nasionalnya
data dari Korea Agro yang dikelola pemerintah, Fisheries & Food Trade Corp, harga kubis yang digunakan untuk jenis kimchi harganya naik 2 kali lipat
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Warga Korea Selatan (Korsel) saat ini menghadapi lonjakan biaya untuk kimchi, makanan pokok utama dari makanan sehari-hari mereka.
Hal ini karena iklim panas yang ekstrem, hujan dan banjir yang menyapu sebagian besar tanaman kubis di negara itu.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (26/9/2022), panen yang buruk ini mengindikasikan bahwa hidangan 'acar Korea' itu jauh lebih mahal untuk dibuat dan semakin sulit dibeli.
Menurut data dari Korea Agro yang dikelola pemerintah, Fisheries & Food Trade Corp, harga kubis yang digunakan untuk jenis kimchi yang paling umum telah meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun lalu.
Baca juga: Petugas Damkar Gagalkan Aksi WNA Korsel yang Coba Akhiri Hidup di Apartemen Kawasan Kembangan
Kemudian harganya melonjak 41 persen hanya dalam sebulan terakhir menjadi sekitar 3.300 won atau sekitar 2,32 dolar Amerika Serikat (AS) per kilogram.
Harga lobak putih yang digunakan dalam jenis kimchi populer lainnya, telah melonjak lebih tinggi pada tahun lalu yakni sebesar 146 persen menjadi lebih dari 2.800 won.
Kenaikan ini terjadi pada saat warga Korsel sudah terjepit oleh inflasi yang tinggi secara historis menjelang musim pembuatan kimchi pada November mendatang, saat banyak keluarga biasanya memproduksi stok acar sayuran untuk dimakan selama bulan-bulan pada musim dingin.
"Setiap kali saya berbelanja, saya melihat harga sayuran naik," kata warga Seoul, Hong Seong-jin.
Dengan melonjaknya biaya dalam membuat makanan pokok ikonik ini di rumah, tentu akan semakin banyak konsumen yang memilih untuk membeli kimchi buatan pabrik.
Namun pengiriman produk ke supermarket telah turun sekitar setengah dari tingkat normal, dan persediaan telah 'benar-benar hilang' dari toko online.
Produsen besar kimchi, termasuk Daesang dan CheilJedang telah menaikkan harga mereka sebesar 10 hingga 11 persen, dan diperkirakan angka ini akan kembali mengalami kenaikan.
Banyak konsumen yang melontarkan lelucon dan menyebut acar kubis itu sebagai 'geumchi', yang menunjukkan bahwa 'harganya sama dengan emas'.
Restoran-restoran pum menanggapinya dengan lebih pelit dalam menggunakan kimchi, yang secara historis telah disertakan pada banyak makanan sebagai lauk gratis.
Seorang pemilik restoran ayam di Seoul mengatakan bahwa ia menagih 3.000 won saat pelanggan meminta porsi kecil kimchi.
"Satu kepala kubis harganya tiga kali lipat harga ayam mentah," kata pemilik restoran itu.
Baca juga: Tanam Pohon di Jeju Korsel, Megawati Gaungkan Cintai Lingkungan Demi Hindari Kepunahan
Indeks harga konsumen Korsel pun melonjak 5,7 persen dari tahun sebelumnya pada Agustus lalu setelah naik 6,3 persen pada Juli, angka ini tertinggi sejak 24 tahun silam.
Harga pangan bahkan telah meningkat lebih tinggi, berjalan 8 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya selama dua bulan berturut-turut.
Harga untuk beberapa makanan populer naik dengan kecepatan yang jauh lebih cepat.
Misalnya, harga ayam goreng melonjak 11,4 persen secara tahunan atau Year on Year (YoY) pada Juli lalu.
Menurut Badan Konsumen Korea, harga rata-rata gimbop, hidangan nasi populer yang digulung menggunakan kertas rumput laut melonjak 11,5 persen melebihi 3.000 won untuk pertama kalinya.
Gimbop dijual hanya dengan 1.000 won pada sejumlah restoran Seoul beberapa tahun yang lalu.
Semangkuk jajangmyeon atau mie kacang hitam, saat ini harganya rata-rata 6.300 won, naik 15,3 persen per tahun.