Rusia Akhirnya Akui Kesalahan Mobilisasi Parsial, Jubir Putin: Akan Diperbaiki
Rusia mengakui adanya kesalahan terhadap dekrit yang dikeluarkan Presiden Vladimir Putin terkait mobilisasi parsial.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Daryono
Antrean panjang mobil juga terlihat di jalan-jalan menuju perbatasan dengan Kazakhstan dan Mongolia.
"Setiap orang yang dalam usia wajib militer harus dilarang bepergian ke luar negeri dalam situasi saat ini," kata Sergei Tsekov, seorang anggota parlemen senior yang mewakili Krimea yang dicaplok Rusia di majelis tinggi parlemen Rusia.
Baca juga: Pria Berpakaian Dengan Simbol Nazi Berondong Siswa Sekolah di Rusia, Setidaknya 15 Orang Tewas
Kebingungan dan Kemarahan
Mohamed Vall dari Al Jazeera, melaporkan dari Moskow, mengatakan ada kebingungan dan kemarahan yang meluas di Rusia atas desakan Kremlin untuk meminta tentara cadangan.
"Banyak orang tidak mengerti apa yang sedang terjadi – siapa yang harus pergi dan siapa yang tidak boleh pergi," kata Vall.
"Ini situasi yang rumit. Rusia belum mengumumkan mobilisasi seperti itu sejak Perang Dunia II dan hanya ada sedikit pengalaman dalam melakukan ini, baik di pihak pemerintah maupun di pihak rakyat," lanjutnya.
Mobilisasi militer itu disertai dengan pengumuman oleh Putin bahwa Moskow akan menggelar pemungutan suara untuk mencaplok empat provinsi Ukraina yang diduduki oleh pasukannya.
Baca juga: Hari ke-4 Referendum, Pemungutan Suara Dilakukan Door to Door dan Diawasi Aparat Rusia
Barat menyebut pemungutan suara itu, yang akan berakhir pada Selasa, sebuah dalih palsu untuk merebut wilayah yang direbut secara paksa.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pada hari Senin "puluhan ribu" wajib militer telah menerima pesanan.
Mereka diharapkan dikirim dengan cepat ke garis depan di mana mereka "kemungkinan akan menderita tingkat gesekan yang tinggi", katanya.
"Kurangnya pelatih militer, dan ketergesaan Rusia dalam memulai mobilisasi, menunjukkan bahwa banyak dari pasukan yang direkrut akan dikerahkan ke garis depan dengan persiapan minimal yang relevan," ujar Kementerian Pertahanan Inggris.
(Tribunnews.com/Whiesa)