Kepala Mata-mata Rusia: Barat Dalangi Sabotase Pipa Gas Nord Stream
Kepala intelijen Rusia mengaku memiliki bukti bahwa Barat mendalangi kebocoran pipa gas Nord Stream di Laut Baltik.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Mata-mata Rusia mengatakan Moskow memiliki informasi bahwa Barat merupakan dalang di balik kebocoran jaringan pipa gas Nord Stream di Laut Baltik.
Tekanan pada kedua pipa Nord Stream menurun tajam pada 26 September 2022 dan ledakan terdeteksi di titik tersebut.
Hal ini memicu serangkaian spekulasi mengenai pihak yang mungkin menyabotase raksasa perusahaan energi Rusia ini.
Dilansir Reuters, Uni Eropa (UE) menduga adanya sabotase yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan pipa Nord Stream 1 dan 2 di perairan Swedia dan Denmark.
Sementara itu, Rusia menuduh Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas kerusakan pipa.
Namun Gedung Putih sudah menyangkal tudingan tersebut.
Baca juga: Pejabat Kremlin Sebut Insiden Nord Stream Mungkin Merupakan Serangan Teroris
"Kami memiliki materi yang menunjukkan jejak Barat dalam organisasi dan implementasi aksi teroris ini," kata Sergei Naryshkin, direktur Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR), kepada wartawan di televisi pemerintah.
Pernyataan kepala mata-mata itu adalah tuduhan publik paling langsung terhadap Barat dari seorang pejabat senior Rusia.
Dia tidak mengatakan bukti apa yang dimiliki Rusia, tetapi mengatakan Barat berusaha mengaburkan pihak yang melakukan serangan itu.
"Barat melakukan segalanya untuk menyembunyikan pelaku dan dalang sebenarnya dari aksi teroris internasional ini," kata Naryshkin.
SVR adalah penerus langsung dari Direktorat Utama Pertama KGB era Soviet.
Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin pada Kamis (29/9/2022) mengatakan insiden sabotase terhadap jaringan pipa gas Nord Stream adalah "tindakan terorisme internasional."
Kremlin menolak mengomentari pernyataan Naryshkin, tetapi mengatakan perlu ada penyelidikan internasional menyeluruh atas insiden tersebut.
Menteri Energi Swedia menilai sangat mungkin jika serangan itu dilakukan dengan sengaja oleh aktor negara.
Sejak kebocoran pipa Nord Stream terdeteksi awal pekan ini, para pejabat di Moskow telah mengisyaratkan bahwa Barat, yang dipimpin oleh AS, kemungkinan berada di balik serangan itu.
Pada hari Kamis, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan Washington akan mendapatkan keuntungan dari jaringan pipa yang terganggu.
Baik Nord Stream 1 atau 2 tidak beroperasi ketika retakan ditemukan pada hari Senin, tetapi keduanya mengandung gas.
Nord Stream AG, operator pipa Nord Stream 1, mengatakan pihaknya memperkirakan kebocoran gas akan berhenti pada Senin mendatang, tetapi belum dapat mengakses area tersebut untuk menilai kerusakan.
Serangan Berlanjut
Sementara itu di Ukraina, terjadi sebuah serangan rudal yang menargetkan konvoi mobil warga sipil di selatan negara itu pada Jumat (30/9/2022).
Insiden ini terjadi hanya beberapa jam sebelum Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan pencaplokan atas empat wilayah Ukraina.
Konvoi mobil yang bertujuan menjemput kerabat yang mencoba melarikan diri dari wilayah pendudukan Rusia di Ukraina itu dihantam oleh pasukan Rusia di dekat kota Zaporizhzhia.
Menurut laporan awal, sedikitnya 25 orang tewas dan 50 terluka.
Baca juga: Rusia Serang Rombongan Warga Ukraina yang akan Jemput Kerabat dari Wilayah Pendudukan Moskow
Rekaman menunjukkan para korban tewas dan terluka tergeletak di jalan di pinggiran tenggara kota.
Menurut Reuters, serangan rudal itu menyisakan kawah di tanah.
Jendela-jendela kendaraan yang didominasi mobil dan tiga van, pecah.
Kendaraan-kendaraan itu penuh sesak dengan barang-barang milik penumpang, selimut, dan koper.
Sesosok tubuh bersandar dari kursi pengemudi ke kursi penumpang di mobil kuning, tangan kirinya masih memegang kemudi.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.