Norwegia: Drone Tak Dikenal Terlihat Sebelum Ledakan Nord Stream
Operator energi lepas pantai Norwegia melaporkan peningkatan jumlah drone tak dikenal menjelang sabotase dari pipa gas Nord Stream 1 dan 2 Rusia
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, OSLO - Operator energi lepas pantai Norwegia melaporkan peningkatan jumlah drone tak dikenal di dekat platform mereka pada hari-hari menjelang sabotase nyata dari pipa gas Nord Stream 1 dan 2 Rusia.
Otoritas Keselamatan Perminyakan Norwegia kemudian mengadakan pertemuan dengan anggota industri minyak dan gas negara itu pada Kamis lalu.
Pertemuan dilakukan untuk mengingatkan mereka bahwa laporan baru-baru ini mengindikasikan 'peningkatan aktivitas drone' di atas landas kontinen Norwegia (NCS).
"Pesawat ini memiliki ukuran yang berbeda, dan kehadiran mereka telah berkembang, terutama pada bulan September," kata lembaga tersebut.
Lembaga itu menekankan bahwa penampakan drone tersebut kini sedang diselidiki oleh polisi Norwegia.
Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (1/10/2022), dalam sebuah surat tertanggal Jumat lalu, lembaga tersebut memperingatkan otoritas maritim dan penerbangan Norwegia bahwa operator energi di NCS 'baru-baru ini memberikan peringatan atau pemberitahuan terkait sejumlah pengamatan mengenai drone atau pesawat tak dikenal yang dekat dengan instalasi lepas pantai'.
Tiga hari setelah surat itu dikirim dan sekitar 1.000 kilometer atau 620 mil ke selatan NCS, kebocoran dilaporkan terjadi di sepanjang pipa Nord Stream 2, diikuti oleh dua kebocoran sehari kemudian di sepanjang Nord Stream 1, semuanya di dekat Pulau Bornholm Denmark.
Hingga Kamis lalu, menurut penjaga pantai Swedia, total empat kebocoran telah ditemukan di sepanjang sepasang jalur gas Rusia dan Jerman.
Swedia dan Denmark mengatakan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Kamis lalu bahwa 'setidaknya dua ledakan' sama dengan 'beberapa ratus kilo' TNT terjadi di lokasi kebocoran.
Baca juga: Putin Tuding AS dan Inggris sebagai Tersangka Utama Serangan terhadap Pipa Gas Nord Stream
Tanpa mengidentifikasi siapa pelakunya, kedua negara Nordik itu menulis bahwa 'semua informasi yang ada menunjukkan bahwa ledakan itu adalah hasil dari tindakan yang disengaja'.
Sementara itu, pemerintah Ukraina dan beberapa pakar Amerika Serikat (AS) yang menyalahkan Rusia karena diduga menyerang saluran pipanya sendiri, telah meminta keterlibatan negara Barat untuk mengatasi masalah ini.
Namun Rusia membantah dan balik menuding negara Barat yang melakukan serangan terhadap pipa gas itu.
"Kami sudah memiliki materi tertentu, yang menunjukkan jejak Barat dalam mengorganisir dan melaksanakan serangan teroris ini," kata Direktur Badan Intelijen Luar Negeri Rusia, Sergey Naryshkin pada Jumat kemarin.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan pada awal Februari lalu bahwa AS akan 'mengakhiri' Nord Stream 2 jika pasukan Rusia memasuki Ukraina.
"Saya berjanji, kami akan dapat melakukannya," kata Biden.
Selain itu, aliansi NATO yang dipimpin AS juga diduga melakukan latihan militer yang melibatkan drone bawah air di dekat Bornholm pada Juni lalu, sedangkan kapal militer AS terlihat di dekat pulau itu pada pekan lalu.