Putin Tuding AS dan Inggris sebagai Tersangka Utama Serangan terhadap Pipa Gas Nord Stream
Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa Amerika Serikat dan Inggris telah mengatur ledakan di pipa gas Nord Stream 1 dan 2 di Laut Baltik.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah mengatur ledakan di pipa gas Nord Stream 1 dan 2 di Laut Baltik, yang selama ini mengirimkan gas alam Rusia ke Jerman, karena mereka 'jelas' mendapatkan manfaat dari kerusakan ini.
Putin menuding AS berusaha menekan Uni Eropa (UE) agar melarang pasokan Rusia untuk 'sepenuhnya menguasai pasar Eropa'.
Baca juga: Kepala Mata-mata Rusia: Barat Dalangi Sabotase Pipa Gas Nord Stream
"Namun sanksi tidak lagi cukup untuk Anglo-Saxon. Mereka telah beralih ke sabotase, tidak dapat dipercaya, namun ini faktanya, dengan mengatur ledakan di jaringan pipa gas internasional Nord Stream," kata Putin, menggunakan singkatan Rusia untuk aliansi transatlantik AS-Inggris.
Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (1/10/2022), ia menambahkan bahwa AS dan Inggris secara de facto memulai penghancuran infrastruktur energi Eropa bersama.
"Jelas bagi semua orang yang mendapat manfaat darinya, yang mendapat manfaat adalah yang melakukannya," tegas Putin.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengecam pernyataan Putin sebagai bagian dari 'kampanye misinformasi dan disinformasi Rusia yang keterlaluan'.
"Saya benar-benar tidak bisa mengatakan apapun atas tuduhan absurd dari Presiden Putin bahwa kami atau mitra atau sekutu lain bertanggung jawab atas ini," kata Blinken.
Pernyataan tersebut disampaikan Putin di Kremlin sebelum menandatangani perjanjian tentang masuknya dua republik Donbass, serta wilayah Kherson dan Zaporozhye yang mendeklarasikan kemerdekaan dari Ukraina ke dalam Federasi Rusia.
Baca juga: Pejabat Kremlin Sebut Insiden Nord Stream Mungkin Merupakan Serangan Teroris
Sebelumnya, pipa Nord Stream kehilangan tekanan pada Senin lalu setelah empat kebocoran gas muncul.
UE dan beberapa negara anggotanya mengatakan ledakan itu dilakukan secara sengaja.
Sedangkan Putin menggambarkan serangan pada Sabtu lalu sebagai tindakan terorisme.
Nord Stream 1 kini telah dimatikan karena perawatan yang lama saat kebocoran muncul.
Operator Rusia Gazprom menyalahkan penundaan perbaikan yang lama karena dijatuhkannya sanksi Barat terhadap Rusia setelah operasi militernya di Ukraina.
Sementara itu, Nord Stream 2 tidak pernah beroperasi penuh karena Jerman menghentikan sertifikasinya pada Februari lalu sebagai tanggapan atas konflik Ukraina.