Protes Kematian Mahsa Amini Masuk Pekan Ketiga, Korban Tewas Bertambah 92 Orang
Bentrok pertama kali para pembela Mahsa Amini berkobar di wilayah barat Iran yang merupakan rumah bagi minoritas Kurdi Iran, tempat asal Amini.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Memasuki pekan ketiga jumlah korban jiwa buntut unjuk rasa kematian Mahsa Amini oleh polisi moral Iran, dilaporkan telah bertambah menjadi 92 orang pada Minggu (2/10/2022).
Menurut kelompok hak asasi manusia di Iran, jumlah korban ini kian bertambah usai sejumlah kelompok solidaritas perempuan Iran yang menggelar protes besar-besaran di 150 wilayah terlibat bentrok dengan petugas aparatur negara.
Sayangnya situasi ini makin memburuk hingga memicu timbulnya kebrutalan dari pihak keamanan.
Bentrok pertama kali para pembela Mahsa Amini berkobar di wilayah barat Iran yang merupakan rumah bagi minoritas Kurdi Iran, tempat asal Amini.
Massa yang membabi buta terlihat menyerang markas besar harian ultrakonservatif terkemuka Iran Kayhan dengan melemparkan bom Molotov, pada Sabtu (1/10/2022).
Di bagian lain, ratusan demonstran yang mayoritas diikuti oleh para mahasiswa dari sejumlah universitas juga tampak turun ke jalanan dan menutup semua akses lalu lintas dengan pagar.
Situasi ini kian memanas hingga memicu adanya tindakan keras oleh pihak berwenang, ini terlihat dari sebuah Video yang diposting di media sosial.
Baca juga: Organisasi HAM Iran Sebut 76 Orang Tewas dalam Aksi Protes Bela Mahsa Amini, Jurnalis Ditangkap
Dalam video tersebut menunjukkan bahwa pasukan keamanan telah menggunakan tindakan represif dengan gas air mata, tongkat, serta peluru tajam untuk memukul mundur para demonstran.
Tindakan ini yang kemudian membuat jumlah korban tewas meningkat menjadi 92 orang dari sebelumnya hanya sekitar 53 orang. Tak hanya itu puluhan aktivis, mahasiswa, dan seniman yang dianggap mengganggu ketertiban juga ikut ditahan pihak berwajib Iran.
Baca juga: Penyebab Kematian Mahsa Amini yang Jadi Pemicu Gelombang Protes di Iran hingga Tewaskan 50 Orang
Meskipun jumlah korban tewas meningkat, namun para demonstran tetap teguh menyerukan hak-hak perempuan di Teheran, Qom, Rasht, Sanandaj, Masjed-i-Suleiman, dan kota-kota lain.
"Kami mengangkat suara kami seperti Mahsa Iran karena banyak (orang) seperti Mahsa telah menjadi korban di Afghanistan,” ujar Shukria, salah satu peserta demonstran.
Protes massal ini awalnya dipicu oleh adanya tuduhan penganiayaan yang dilakukan oleh seorang kepala polisi Iran kepada seorang gadis remaja yang berasal dari etnis minoritas bernama Mahsa Amini.
Baca juga: Iran Tutup Layanan WhatsApp dan Instagram di Tengah Protes Kematian Mahsa Amini
Amini ditangkap pada 13 September 2022 di Teheran oleh polisi moral Iran yang menegakkan aturan berpakaian Republik Islam, karena diduga menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan aturan pemerintah.
Perempuan berusia 22 tahun itu kemudian ditahan di sel kepolisian, namun pihaknya dinyatakan meninggal dunia setelah tiga hari ditahan, dikutip dari South China Morning Post.
Kematian Amini lantas memicu bangkitnya para demonstran yang menyerukan hak-hak perempuan.
Namun Iran menuduh kekuatan luar terutama dari Amerika Serikat menjadi pemicu memanasnya protes nasional.
Baca juga: Ayah Mahsa Amini Sebut Otoritas Iran Berbohong soal Kematian Putrinya, Aksi Protes Terus Meluas
Menurut kementerian intelijen Iran kerusuhan itu terjadi ketika negaranya berusaha untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 untuk mengakhiri sanksi ekonomi yang telah mencekik produksi minyaknya.
Namun lantaran kesepakatan nuklir yang digagas pemerintah Teheran di tentang oleh barat, membuat Iran meyakini apabila kerusuhan yang terjadi di negaranya didalangi oleh sekutu dengan 256 anggota kelompok oposisi yang dilarang.