Negara di Afrika Kini 'Waspadai' Kembali Munculnya Wabah Ebola
Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria (NCDC) telah meminta negara itu untuk mewaspadai wabah Ebola di Uganda.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ABUJA - Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria (NCDC) telah meminta negara itu untuk mewaspadai wabah Ebola di Uganda.
Menurut lembaga tersebut, Ebola merupakan penyakit virus hemoragik yang terkenal dengan tingkat kematiannya yang tinggi dan dapat menyebar ke negara itu melalui perjalanan udara.
"Kemungkinan impor ke Nigeria tinggi karena meningkatnya perjalanan udara antara Nigeria dan Uganda, terutama melalui Bandara Nairobi Kenya, pusat transportasi regional, dan negara-negara tetangga lainnya yang berbatasan langsung dengan Uganda," kata NCDC, dalam pernyataan resminya.
Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (5/10/2022), NCDC memperingatkan bahwa jika diimpor, virus tersebut dapat menyebar di dalam negeri melalui pertemuan massal, demonstrasi, upacara keagamaan atau festival.
Baca juga: Staf WHO Lakukan Pelecehan Seksual saat Tangani Wabah Ebola di Kongo
Sistem nasional untuk mendeteksi infeksi Ebola saat ini 'dalam mode waspada'.
"Saat risiko yang ditimbulkan oleh virus itu tergolong tinggi, Nigeria memiliki teknologi, tenaga medis terlatih dan kapasitas pengujian untuk 'merespons secara efektif jika terjadi wabah'," jelas NCDC, mengutip pengalaman negara itu dalam menangani wabah pada 2014.
Perlu diketahui, epidemi hampir satu dekade lalu adalah yang terbesar dalam catatan.
Infeksi virus itu menyebar jauh dari Afrika Barat, di mana virus ini endemik pada hewan dan mencapai Eropa serta Amerika Serikat (AS).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan 28.616 kasus yang dicurigai, kemungkinan (probable) dan dikonfirmasi, serta 11.310 kematian di Guinea, Sierra Leone dan Liberia, tiga negara yang paling terkena dampak.
Sebelumnya, otoritas kesehatan di Uganda mengumumkan keadaan darurat Ebola pada 20 September lalu, setelah muncul kasus fatal pertama dalam tiga tahun, dikonfirmasi terjadi di negara itu.
Menurut Kementerian Kesehatan Uganda, ada lebih banyak pasien dengan gejala serupa yang dilaporkan, dan pada Minggu lalu, negara itu memiliki 43 kasus yang dikonfirmasi serta sembilan kematian.
Wabah ini disebabkan oleh virus Ebola jenis Sudan dan merupakan salah satu dari dua varian asli patogen, yang diidentifikasi pada tahun 1976 sebagai penyebab demam berdarah dalam dua wabah terpisah di Sudan dan Zaire yang berdekatan.
Baca juga: Muncul Virus Marburg Mirip Ebola, WHO: Rasio Kematian hingga 88%
Setelah wabah tahun 2014 menunjukkan bahwa virus tersebut merupakan ancaman yang lebih besar di dunia yang lebih saling terhubung, upaya tambahan pun dilakukan untuk menciptakan vaksin melawan Ebola.
Menurut WHO, vaksin Johnson & Johnson telah disetujui oleh European Medicines Agency (EMA), namun belum sepenuhnya diuji dan tidak dimaksudkan sebagai tanggapan darurat terhadap wabah yang berkembang.
Dua dosis obat perlu disuntikkan dengan interval 56 hari, dengan suntikan kedua dirancang untuk melindungi terhadap strain Sudan dan beberapa varian lainnya.