Belajar dari Perang Ukraina-Rusia, Pakar: Kunci Menang Perang Terletak pada The Man Behind The Gun
Mantan Komandan Batalyon Kavaleri 4/Tank Kodam III Siliwangi ini, juga merujuk kepada pelajaran dari Perang Dunia II.
Editor: Hasanudin Aco
"Kami juga mendorong tumbuhnya industri pertahanan dalam negeri, termasuk membuat Tank sendiri," ujarnya.
Iftitah melanjutkan, "Doktrin dan taktik perangnya pun, harus joint forces, bukan hanya Darat tetapi juga dengan Matra Udara.
Sedangkan di bidang SDM, perwira Kavaleri harus memiliki karakter Man of Vision, dan fighting spirit, militan, mampu melihat ke depan, beradaptasi dengan perkembangan teknologi serta berkolaborasi dengan pasukan lain.
“Perintah Jenis Tugas”, Auftragstaktik-nya Indonesia, juga harus dikembangkan secara maksimal. Saya pernah belajar “perintah jenis tugas” ini waktu sekolah dasar kecabangan. Tetapi di lapangannya, saya lihat kurang sekali dikembangkan."
Belajar dari pengalamannya saat tugas operasi di Aceh pada akhir masa Daerah Operasi Militer (DOM) tahun 2003, Iftitah menekankan pentingnya menguatkan industri pertahanan dalam negeri.
"Dulu waktu di Aceh, tank Scorpion (buatan Inggris) yang datang 28 yang operasional cuma 2. Kemudian diganti panser dari Pindad, dari 16 cuma 2 rusak ringan itu pun bisa diperbaiki,” ungkapnya.
Iftitah yakin satuan Kavaleri masih dan tetap akan relevan dalam peperangan moderen, terutama untuk operasi lawan gerilya.
"Satuan kavaleri sangat efektif. Apalagi ketika di masa awal operasi militer, perekonomian lumpuh. Dengan kavaleri, jalur-jalur perbekalan umum bisa dijaga, demikian juga pergeseran logistik," papar Iftitah merujuk pada pengalamannya dalam tugas operasi di Aceh.
Selain di Aceh, Iftitah juga pernah bertugas sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB di Libanon (UNIFIL), tergabung dalam Batalyon Infanteri Mekanis pertama yang dikirim pemerintah Indonesia ke wilayah konflik tersebut.
"Tantangan satuan kavaleri justru ada di ciri khasnya yaitu teknologi. Dengan bisa beradaptasi dengan teknologilah, satuan kavaleri itu tetap relevan," kata Iftitah.
"Yang tidak relevan itu kalau masih ada yang bicara soal ego sektoral karena tema perang modern adalah kolaborasi, joint forces dan combined arms, semua kesatuan saling melengkapi dan menutup kekurangan yang lain,”
"Majulah Kavaleriku. Jaya di medan perang, berguna di masa damai," kata Iftitah menutup paparannya.