Program Pelatihan Tanggap Darurat Diserbu Warga Korea Selatan Usai Tragedi Halloween Itaewon
Pemerintah mengambil tindakan untuk menanggapi seruan bahwa pelatihan CPR yang tepat dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa dalam situasi darurat
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Seorang pekerja kantoran yang bekerja untuk sebuah perusahaan farmasi di Korea Selatan (Korsel), Choi In-ae telah menghadiri sesi pelatihan tanggap darurat setiap tahun.
Itu merupakan program wajib yang tentu saja dibutuhkan oleh perusahaannya.
Setelah mengetahui tentang seruan putus asa bagi mereka yang tahu cara melakukan CPR pada korban di lokasi kerumunan massa Itaewon, ia kini memutuskan untuk mulai serius mempelajari program pelatihan ini.
"Saya menerima pelatihan tanggap darurat seperti CPR dan manuver Heimlich dari perusahaan saya. Namun sulit untuk segera menanggapi keadaan darurat hanya dengan satu program pelatihan, saya berencana untuk mengambil program ini dengan serius mulai sekarang dan berlatih berulang kali," tegas Choi.
Dikutip dari laman www.koreaherald.com, Rabu (2/11/2022), setelah 156 orang tewas di jalanan Itaewon pada Sabtu malam dalam bencana kerumunan terburuk negara itu, kini lebih banyak orang Korsel menunjukkan minat untuk mempelajari keterampilan pertolongan pertama.
Baca juga: Profil Kim Yuna, Cheerleader LG Twins yang Meninggal Dunia di Tragedi Itaewon Korea Selatan
Mulai dari lokasi di mana program pelatihan semacam itu ditawarkan, video tutorial yang menunjukkan langkah-langkah yang harus diambil hingga platform jejaring sosial yang dipenuhi dengan informasi tentang CPR.
Dalam kasus serangan jantung yang menjadi penyebab utama kematian korban tragedi Itaewon, waktu emasnya adalah empat hingga enam menit.
Sementara itu, pertolongan pertama yang cepat seperti CPR dan defibrilator, otomatis memiliki dampak yang besar pada peluang pasien untuk bertahan hidup.
Menurut laporan 2019 oleh Kantor Statistik Nasional, tingkat kelangsungan hidup seseorang saat CPR dilakukan adalah 15,0 persen, hampir 2,4 kali lebih tinggi dibandingkan 6,2 persen tanpa CPR.
Pemerintah pusat dan daerah pun mengambil tindakan untuk menanggapi seruan bahwa pelatihan CPR yang tepat dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa dalam situasi darurat seperti bencana Itaewon.
Pada Selasa kemarin, pemerintah memutuskan untuk memperkuat pendidikan keselamatan pada sekolah dasar, menengah dan tinggi dengan fokus pada pelatihan praktis.
"Kami akan menambahkan edukasi keselamatan baru seperti panduan bagaimana merespons insiden yang melibatkan banyak tempat berkerumun, alat mobilitas pribadi, dan gigitan hewan serta berkonsultasi dengan kementerian terkait agar edukasi pertolongan pertama termasuk CPR dapat dijalankan berdasarkan praktik," kata Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korsel.