Kereta Api Melintas dari Korut ke Rusia, Menyusul Dugaan Kim Jong Un Pasok Senjata untuk Putin
Sebuah kereta api melintasi perbatasan Korea Utara dan Rusia di tengah tuduhan AS bahwa Pyongyang memasok peluru artileri untuk Moskow.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan 13 dari 15 anggota Dewan Keamanan telah mengutuk peningkatan peluncuran rudal balistik Korea Utara sejak awal tahun.
Namun, menurut dia tanpa menyebutkan nama, Pyongyang dilindungi oleh dua negara yakni China dan Rusia.
Kedua negara berupaya membenarkan pelanggaran berulang terhadap sanksi PBB oleh Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK), kata duta besar AS, menggunakan nama resmi Korea Utara.
"Dan, pada gilirannya, mereka telah memungkinkan DPRK dan mengolok-olok dewan ini," tambahnya.
Namun China, sekutu terdekat Korea Utara, dan Rusia, yang hubungannya dengan Barat memburuk karena invasinya ke Ukraina, mengatakan pada pertemuan PBB bahwa AS yang harus disalahkan atas ketegangan yang sedang berlangsung dengan Korea Utara.
Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun, menyebut peluncuran rudal Korea Utara terkait langsung dengan latihan militer skala besar AS dan Korea Selatan setelah lima tahun.
Baca juga: Rudal Balistik Korut yang Meluncur di Perbataan Korsel Untu Peringatkan Agar AS Tak Macam-macam
Baca juga: Kecam Latihan Militer Amerika Serikat dan Korea Selatan, Korea Utara Luncurkan Lebih Banyak Rudal
Senada dengan China, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Anna Evstigneeva, menyalahkan eskalasi konflik di semenanjung Korea pada keinginan Washington melucuti senjata Pyongyang secara sepihak.
Menurutnya, latihan udara militer AS-Korsel yang dimulai sejak 31 Oktober itu adalah yang terbesar dari sebelum-sebelumnya.
Latihan yang melibatkan 240 pesawat militer itu, menurut Rusia, "pada dasarnya adalah latihan untuk melakukan serangan besar-besaran di wilayah DPRK".
Menanggapi hal ini, Dubes AS menegaskan latihan militer dengan Korea Selatan "tidak menimbulkan ancaman bagi siapa pun, apalagi DPRK".
"Sebaliknya, bulan lalu, DPRK mengatakan kesibukan peluncuran baru-baru ini adalah simulasi penggunaan senjata nuklir medan perang taktis untuk 'menghantam dan melenyapkan' potensi target AS dan Republik Korea," katanya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)