Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengapa Tragedi Halloween Itaewon Terasa Seperti Deja Vu Bagi Warga Korea Selatan?

Banyak orang Korea terutama generasi muda yang tidak bingung untuk bertanya 'Apakah negara ini tidak belajar dari tragedi Sewol?'.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Mengapa Tragedi Halloween Itaewon Terasa Seperti Deja Vu Bagi Warga Korea Selatan?
AFP/ANTHONY WALLACE
Barang-barang yang diambil oleh polisi dari lokasi kerumunan Halloween yang fatal yang menewaskan lebih dari 150 orang di distrik Itaewon dipajang di gimnasium untuk dikumpulkan oleh kerabat korban, di Seoul pada 1 November 2022. Tragedi Itaewon mengingatkan pada Sewol 8 tahun lalu dimana warga melihat kapal tenggelam melalui media secara real-time. 

"Tragedi (Itaewon) mengingatkan pada Sewol 8 tahun lalu. Saat itu kami menyaksikan kapal tenggelam melalui media secara real-time. Kali ini, kami menyaksikan orang-orang sekarat, lagi-lagi secara real-time (melalui media sosial)," kata seorang pekerja kantoran yang berbasis di Seoul dan sedang berkunjung ke salah satu altar peringatan untuk para korban Itaewon.

Pemerintah mengklaim bahwa sistem komunikasi darurat itu sendiri beroperasi secara penuh.

Namun para pejabat itu sendiri tidak menggunakan sistem yang memungkinkan komunikasi cepat dengan organisasi terkait.

Sejak terungkap bahwa panggilan untuk bantuan darurat dilakukan pada empat jam sebelum kerumunan maut itu menewaskan 156 orang, para petinggi di kepolisian tidak diberitahu.

Kepala Polisi Metropolitan Seoul menerima laporan pertama tentang apa yang terjadi pada pukul 11.36 malam, sedangkan Kepala Polisi Nasional memperoleh kabar tersebut lewat tengah malam.

Padahal, peristiwa mematikan itu terjadi pada pukul 22.15 WIB.

Sebuah survei yang dilakukan oleh jajak pendapat lokal Media Tomato pada 1.072 orang dewasa menunjukkan bahwa 73,1 persen responden berpikir bahwa pemerintah lah yang bertanggung jawab atas tragedi Itaewon ini.

Berita Rekomendasi

Wali Kota Daegu Hong Joon-pyo pada Kamis lalu mendesak Presiden konservatif Yoon Suk-yeol untuk 'jujur ​​dan bertanggung jawab, atau hal-hal akan menjadi seperti insiden Sewol'.

Baca juga: Jalanan Itaewon Disesaki 100 Ribuan Pengunjung, Ahli Forensik Video : Kostum Halloween Bikin Rumit

Ia menegaskan bahwa saat melakukan kunjungan ke altar peringatan para korban pada setiap pagi sejak Senin lalu, Presiden Yoon belum mengucapkan sepatah kata pun terkait 'permintaan maaf' pun.

Hong kemudian menyebut aksi protes massal anti-pemerintah yang dihadapi pemerintahan Park Geun-hye setelah tragedi Sewol beberapa tahun silam.

Saat itu, Park, yang kemudian dimakzulkan karena korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, telah mengalami penurunan besar dalam peringkat persetujuan pekerjaannya karena penanganan tragedi yang sangat buruk.

Hingga kini, Yoon, meskipun menjadi salah satu presiden tahun pertama yang paling tidak populer dalam sejarah, tidak banyak 'menderita' dalam jajak pendapat.

Jajak pendapat terbaru oleh Gallup Korea menempatkan peringkat persetujuannya pada 29 persen, hanya turun satu persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya.

Sebuah survei yang dilakukan oleh jajak pendapat lokal Media Tomato pada 1.072 orang dewasa menunjukkan bahwa 73,1 persen responden menganggap pemerintah bertanggung jawab atas tragedi Itaewon.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas