Khawatir Asia Pecah, Pentagon Peringatkan Xi Jinping Untuk Tak Serang Taiwan
Jenderal tinggi Pentagon memperingatkan bahwa setiap serangan yang dilakukan presiden China Xi Jinping terhadap Taiwan akan berpotensi memicu perang
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Jenderal tinggi Pentagon memperingatkan bahwa setiap serangan yang dilakukan presiden China Xi Jinping terhadap Taiwan akan berpotensi memicu peperangan, sama seperti invasi yang terjadi pada Rusia dan Ukraina.
"Saya pikir itu tidak bijaksana, itu akan menjadi kesalahan politik, kesalahan geopolitik, kesalahan strategis, mirip dengan kesalahan strategis yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina," kata Ketua Kepala Gabungan AS Jenderal Mark Milley yang dikutip dari Barrons.
Ketegangan antara China dan Taiwan terjadi setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi menggelar kunjungan ke Taipei pada Juli lalu, tindakan yang dilakukan AS ini sontak memicu ketegangan hubungan antara Beijing dan Taipei. Hingga membuat Pemerintah China menugaskan angkatan perangnya untuk menggelar operasi militer besar-besaran.
Baca juga: Biden Ingatkan Xi Jinping Soal Tindakan Pemaksaan Taiwan
Khawatir ketegangan ini kian membuat hubungan geopolitik China dan Taiwan memanas dan pecah, mendorong pemerintah Amerika untuk menyerukan langkah damai pada Xi Jinping saat berlangsungnya KTT G20 Bali pada Senin (14/11/2022).
Mengingat selama beberapa bulan terakhir China kerap mengintimidasi Taiwan, salah satunya dengan mengerahkan jet tempur ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) atau wilayah erbatasan.
“Bila perpecahan terjadi maka akan berakhir dengan bencana pertumpahan darah, ratusan orang mati, dan tank diledakkan, segalanya menjadi sedikit berbeda. Ada banyak gesekan dan kabut dalam pertempuran," kata Milley.
Meski Tentara Pembebasan Rakyat China berpotensi membuka serangan ke Taiwan, namun menurut Milley militer China akan mengalami tugas yang berat untuk melakukan reunifikasi pada Taiwan. Terlebih ada banyak negara yang menentang perubahan status quo di Selat Taiwan.
"Mereka akan memainkan permainan yang sangat-sangat berbahaya untuk menyeberangi selat dan menginvasi pulau Taiwan," tutur Milley.