Korban Selamat Club Q Menelepon Ayahnya untuk Katakan 'Ia Baru Saja Ditembak'
John Loveall menerima telepon dari putranya, yang mengatakan 'kakinya telah ditembak' oleh seorang pria bersenjata di klub malam LGBT
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, COLORADO - Sesaat setelah tengah malam pada hari Minggu waktu Amerika Serikat (AS), John Loveall menerima telepon dari putranya, yang mengatakan 'kakinya telah ditembak' oleh seorang pria bersenjata di klub malam LGBTQ+ 'Club Q' di Colorado Springs.
"Ia baru saja kembali dari area merokok, dan tiba-tiba mereka mendengar senjata otomatis meledak," kata John Loveall saat menceritakan apa yang disampaikan putranya padanya.
Sang anak, Jerecho Loveall, selamat dari aksi pembantaian itu dan mengenal beberapa orang yang terbunuh.
Setelah menyadari kakinya ditembak dan mulai merasakan sakit, Jerecho Loveall bergegas menujuRumah Sakit St. Francis.
Awalnya ia mengira luka pada kakinya hanya goresan saja. Di rumah sakit, pria berusia 30 tahun itu diberitahu bahwa 'ada luka akibat peluru di kakinya'.
"Ia keluar dari rumah sakit pada hari Minggu pagi, sekitar pukul 06.00, dan kini sedang memulihkan diri di rumah," jelas John Loveall.
Dikutip dari The New York Times, Senin (21/11/2022), Jerecho Loveall berada di klub malam itu untuk mendukung sepupunya yang menyelenggarakan pertunjukan dan terkadang tampil di sana.
Baca juga: Joe Biden Kutuk Penembakan Brutal di Club Q, Biden: Kita Tidak Boleh Mentolerir Kekerasan
Sang ayah menggambarkan Club Q sebagai tempat perlindungan bagi komunitas queer di Colorado Springs.
"Itu salah satu dari sedikit tempat yang bisa dikunjungi komunitas gay yang mereka rasa cukup aman, tanpa masalah dengan orang lain. Sangat disayangkan, seharusnya tidak ada yang perlu khawatir ketika mereka pergi untuk berdansa. Tidak masuk akal bahwa hal-hal seperti ini masih terjadi," tegas John Loveall.
Baca juga: Pengunjung Club Q yang Selamat: Saya Kira Suara Tembakan Itu Bagian dari Musik, Saya Terus Menari
Aksi penembakan massal ini, kata dia, menunjukkan bahwa senjata tertentu 'tidak boleh dimiliki oleh orang biasa'.