Geram Negaranya Diancam, Kim Yo-jong, Adik Kim Jong-un Mencaci Presiden Korsel
Kim Yo-jong, adik perempuan Kim Jong-un mencacimaki Presiden Korea Selatan, menyebutnya idiot karena mengancam akan jatuhkan sanksi ke Korut.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, PYONGYANG – Kim Yo-jong, adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mencacimaki Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, menyebutnya idiot.
Media Rusia, Sputniknews, Jumat (25/11/2022) menulis, Kim Yo-jong berkali-kali mengeluarkan pernyataan provokatif terhadap politisi asing. Kosakatanya penuh warna dan ia blak-blakan.
Kim Yo-jong mengutuk latihan gabungan militer Korsel-AS-Jepang, serta sikap membebek Korsel terhadap kemauan Amerika.
Tak sekadar berkata-kata atau retorika, Kim Yo-jong pernah membuat banyak pihak terbelalak matanya.
Baca juga: Kim Yo-jong Muncul Lagi, Adik Pemimpin Korut Kim Jong-un Itu Kecam Keras Menlu Korsel
Baca juga: Konflik di Korea: Gerakan Politik Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong Lebih Kuat, Ini Kiprahnya
Dua tahun lalu, tepatnya 18 Juni 2020, Kim Yo-jong memerintahkan penghancuran bangunan kantor penghubung Korut-Korsel di kawasan industri Kaesong.
Kawasan ini berada di wilayah Korut, dekat perbatasan Korsel-Korut di Kaesong. Kota Korsel terdekat dari wilayah ini adalah Paju.
Korea Utara meledakkan bangunan tersebut yang dianggap tidak ada manfaatnya sejak Korut-Korsel meneken kesepakatan damai dua tahun sebelumnya.
Bangunan telah dikosongkan sejak awal pandemi Covid-19. Sebelum pukul 15.00 waktu lokal pada 18 Juni 2020, ledakan besar terlihat menghancurkan bangunan itu.
Ledakan bisa terlihat dari Kota Paju, Korsel. Letak bangunan yang didirikan sejak 2018 itu tepat di utara Zona Demiliterisasi.
Pyongyang telah memutuskan semua saluran komunikasi dengan Korsel sepekan sebelum peledakan.
Bersamaan itu, Kim Yo-jong mengirim ancaman akan menghancurkan secara total kantor penghubung itu, yang dia gambarkan tidak berguna.
Yo-jong memperingatkan Korsel telah membiarkan orang-orang menyebarkan selebaran provokatif ke wilayah Korut.
Seoul sering mengizinkan selebaran anti-Korut sebagai bentuk kebebasan berbicara di negara demokratis.
Pemerintahan Presiden Moon Jae-in pada waktu itu telah menerapkan kebijakan ketat, memblokir selebaran dan membatalkan izin usaha kelompok pembelot.