Peningkatan Efisiensi Energi di Sektor Industri Diyakini Bisa Kendalikan Perubahan Iklim
Sebuah laporan terbaru menunjukkan 'peningkatan efisiensi energi pada sektor industri' merupakan cara tercepat untuk memangkas biaya energi dan emisi.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Arif Fajar Nasucha
Sebuah laporan terbaru dari the Energy Efficiency Movement menunjukkan 'peningkatan efisiensi energi pada sektor industri' merupakan cara tercepat dan paling efektif untuk memangkas biaya energi dan emisi gas rumah kaca.
Baca juga: Hadapi Perubahan Iklim, PSL IPB Ajak Masyarakat Tingkatkan Ketahanan Pangan
The Energy Efficiency Movement merupakan forum global yang terdiri dari 200-an organisasi yang berbagi ide, praktik terbaik serta komitmen untuk menciptakan dunia yang lebih hemat energi.
'The Industrial Energy Efficiency Playbook' pun telah diterbitkan dan berisi 10 aksi nyata yang dapat dilakukan sektor bisnis dalam meningkatkan efisiensi energi, mengurangi beban biaya, dan menurunkan emisi saat ini.
Hal ini dilakukan dengan mengandalkan solusi teknologi yang terintegrasi dan tersedia secara luas yang menjanjikan imbal hasil serta rasio pengembalian investasi (ROI) yang cepat dan mampu digunakan dalam skala besar.
Senior Program Manager, Energy Efficiency dari International Energy Agency (IEA), Kevin Lane mengatakan bahwa efisiensi energi adalah solusi terbaik bagi perusahaan dan upaya dalam pengendalian terhadap perubahan iklim.
"Di saat sektor industri menghadapi urgensi dalam menghadapi isu perubahan iklim di seluruh lini, antara lain melalui penggunaan energi terbarukan, investasi dalam proses rendah karbon serta pengembangan model bisnis sirkular, efisiensi energi muncul sebagai peluang terbaik yang fokus pada prospek bisnis jangka pendek terhadap upaya pengurangan emisi," kata Lane.
10 aksi konkret dalam laporan tersebut, kata dia, memetakan solusi hemat biaya.
"Ini dapat digunakan dalam skala cepat untuk membantu perusahaan mewujudkan ambisi pengendalian dampak perubahan iklim menjadi sebuah tindakan konkret," tegas Lane.
Menurut IEA, sektor industri merupakan konsumen listrik, gas alam, dan batu bara terbesar di dunia, yang bertanggung jawab terhadap 42 persen total permintaan listrik global, atau setara dengan lebih dari 34 exajoules energi.
Sementara itu, industri besi, baja, kimia dan petrokimia merupakan pengguna energi tertinggi di antara 5 negara konsumen energi terbesar di dunia, yakni China, Amerika Serikat (AS), India, Rusia dan Jepang.
IEA menekankan bahwa konsumsi energi tersebut menyebabkan peningkatan beban biaya di tengah kontraksi inflasi dunia saat ini.
Tidak hanya itu, hal ini juga mengakibatkan produksi 9 gigaton CO2, setara dengan 45 persen total emisi langsung yang dihasilkan sektor pengguna akhir pada 2021.
Laporan ini merupakan hasil wawancara dengan sejumlah organisasi multinasional, di antaranya ABB, Alfa Laval, DHL Group, IEA, Microsoft serta ETH Zürich, Institut Teknologi Federal Swiss.
Para kontributor studi tersebut merekomendasikan beberapa solusi strategis, mulai dari audit energi hingga penentuan ukuran mesin industri yang tepat.