Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa Hadapi Ancaman Pemakzulan
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menghadapi kemungkinan ancaman pemakzulan atas skandal "Farmgate", namun membantah melakukan kesalahan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menghadapi kemungkinan ancaman pemakzulan atas skandal 'Farmgate'.
Ramaphosa dituduh menutupi pencurian $4 juta (Rp 62,4 miliar) dari pertaniannya pada 2020 - termasuk menculik dan menyuap para pencuri agar tak buka suara.
Sebuah laporan dari panel independen yang bocor menyebut bahwa Ramaphosa menyalahgunakan posisinya dan mungkin telah melanggar undang-undang antikorupsi.
Namun dia membantah melakukan pelanggaran.
Ramaphosa berdalih uang itu merupakan hasil dari penjualan kerbau.
Temuan panel telah diserahkan ke parlemen, setelah diperiksa akan diputuskan apakah pihak berwenang akan meluncurkan proses pemakzulan atau tidak minggu depan.
Baca juga: Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa Positif Covid-19, Varian Omicron?
Dilansir BBC, persoalan ini menyeruak kurang dari sebulan setelah Ramaphosa menggelar konferensi soal pencalonan diri untuk masa jabatan kedua dengan partainya, Kongres Nasional Afrika (ANC) 2024 mendatang.
ANC akan mengadakan pertemuan dengan eksekutifnya pada Kamis (1/12/2022),dan membahas masalah tersebut.
Skandal Farmgate meletus Juni 2022
Skandal Farmgate meletus pada bulan Juni 2022.
Mantan bos mata-mata Afrika Selatan, Arthur Fraser, mengajukan pengaduan ke polisi yang menuduh presiden menyembunyikan pencurian $4 juta dari pertanian Phala Phala miliknya di timur laut negara itu pada 2020.
Fraser, yang merupakan sekutu dekat mantan Presiden Jacob Zuma, menduga bahwa uang itu bisa jadi merupakan hasil pencucian uang dan korupsi.
Dia pun menuduh presiden menculik dan menyuap para pencuri.
Baca juga: Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa Positif Covid-19, Gejala Ringan dan Jalani Karantina Mandiri
Menyimpan uang dolar dalam jumlah besar dapat melanggar undang-undang kontrol valuta asing