Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Twitter Terancam Diblokir di Uni Eropa, Kecuali Jika Elon Musk Ikuti Aturan Moderasi Baru

Peringatan itu disampaikan Komisaris Eropa untuk Pasar Internal Thierry Breton selama melakukan video call dengan Musk pada hari sebelumnya

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Twitter Terancam Diblokir di Uni Eropa, Kecuali Jika Elon Musk Ikuti Aturan Moderasi Baru
AFP
Kombinasi gambar file yang dibuat pada 18 November 2022 ini memperlihatkan CEO Tesla Elon Musk pada 14 Maret 2019 di Hawthorne, California dan logo Twitter di luar kantor pusat mereka di San Francisco, California, pada 28 Oktober 2022. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Uni Eropa (UE) dilaporkan mengancam akan melarang Twitter beroperasi di wilayah blok tersebut, jika pemilik barunya, yakni miliarder Elon Musk tidak mematuhi aturan moderasi konten baru yang ketat.

Peringatan itu disampaikan Komisaris Eropa untuk Pasar Internal Thierry Breton selama melakukan video call dengan Musk pada hari sebelumnya.

Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (1/12/2022), Breton, yang bertanggung jawab untuk menerapkan aturan digital UE, mendesak Musk untuk mematuhi daftar aturan.

Termasuk menyingkirkan pendekatan 'sewenang-wenangnya' untuk memulihkan akun pengguna yang telah dilarang, menghentikan disinformasi 'secara agresif' dan menyetujui 'audit independen ekstensif' dari jejaring sosial pada 2023.

Kecuali jika Twitter mengikuti Undang-undang Layanan Digital baru yang diberlakukan Uni Eropa.

Baca juga: Eks Kepala Keamanan Twitter Ungkap Platform Burung Biru Kurang Aman di Bawah Pimpinan Elon Musk

Karena jika melanggar, jejaring sosial itu bisa menghadapi larangan atau denda di seluruh Eropa hingga 6 persen dari omzet global.

Berita Rekomendasi

Musk pun menganggap Undang-undang baru itu 'sangat masuk akal' dan harus diterapkan di manapun di dunia.

Twitter yang didirikan pada 2006 sebagai jejaring sosial untuk bertukar pesan singkat, telah dibeli oleh Musk pada akhir Oktober lalu seharga 44 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Pada November lalu, lebih dari seminggu setelah pengambilalihan, miliarder Afrika Selatan itu mulai memberhentikan pekerja perusahaan tersebut dalam upaya menempatkan Twitter 'di jalur yang sehat'.

Langkah kontroversialnya ini tentunya menimbulkan gelombang kritik publik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas