Turki Sebut Militan Kurdi PKK, YPG dan PYD adalah Target Sah Operasi Militer di Perbatasan
Turki sebut Kelompok Kurdi PKK, YPG dan PYD adalah target sah operasi militer di perbatasan Turki dan Suriah. Termasuk SDF yang kini mundur dari AS.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengatakan militan Kurdi PKK, YPG dan PYD adalah target sah bagi Turki untuk melindungi perbatasannya.
Ibrahim Kalin menuduh mereka mengeksploitasi hubungan dengan Amerika Serikat untuk membenarkan kehadirannya di sepanjang perbatasan Turki dan Suriah.
Ia mengatakan Turki mengincar Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan cabang-cabangnya Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dan kelompok Partai Persatuan Demokratik (PYD).
Turki menyalahkan PKK, YPG yang dilarang, dan kelompok afiliasi mereka atas ledakan Istanbul 13 November serta serangan sebelumnya.
PKK telah melancarkan pemberontakan bersenjata berdarah selama puluhan tahun untuk otonomi di tenggara Turki.
Baca juga: Saad Al-Jabri Lolos dari Turki, Sembunyi di Kanada dan Kini di Amerika
Turki bersama dengan sekutu NATO-nya, AS dan Uni Eropa, telah menyatakan PKK sebagai organisasi teroris.
“Bagi kami, setiap dan semua PKK, PYD, YPG, elemen, pos, titik militer adalah target yang sah bagi kami,” kata Kalin saat wawancara dengan program Talk to Al Jazeera.
“Mereka adalah target yang sah karena mereka adalah organisasi teroris,” lanjutnya.
“Kami mengejar mereka untuk melindungi perbatasan kami. Kami tidak menargetkan tentara Rusia atau Amerika atau pos militer di Suriah atau di mana pun.”
Ibrahim Kalin juga mengatakan elemen PKK, PYD, dan YPG di masa lalu telah menggunakan bendera rezim Amerika dan Suriah untuk melindungi diri mereka sendiri.
“Itu sendiri menunjukkan sejauh mana PYD dan YPG menggunakan aliansi mereka dengan Amerika Serikat untuk melegitimasi kehadiran mereka sendiri di Suriah utara,” katanya.
Turki siapkan invasi darat
Ibrahim Kalin menyebut serangan teroris pada 13 November 2022 di Jalan Istiklal di Istanbul mendorong Turki untuk merespons.
Turki telah menetapkan tersangka pemboman yang merupakan seorang wanita Suriah keturunan Kurdi, yang dilatih oleh pejuang Kurdi di sana.
"Tanggapan awal kami adalah mengoordinasikan dan melakukan sejumlah operasi udara,” kata Ibrahim Kalin.
“Dan tentu saja, tergantung pada tingkat ancaman yang dinilai oleh intelijen kami dan kementerian pertahanan udara kami serta badan-badan terkait, kami akan mengejar para teroris ini, baik dari udara maupun dari darat.”
Turki telah meningkatkan penembakan dan serangan udara di Suriah utara dalam beberapa pekan terakhir.
Ibrahim Kalin menegaskan, Turki telah mempersiapkan invasi darat terhadap YPG, pasukan mayoritas Kurdi yang mendominasi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang berbasis di Suriah.
Turki dilaporkan telah menargetkan beberapa situs militer milik SDF di Raqqa Suriah.
Namun, Turki belum menunjukkan tindakan lebih lanjut soal serangan darat ke Suriah.
Penundaan itu bisa jadi karena perlawanan yang dihadapi Turki dari beberapa kekuatan internasional yang terlibat di Suriah, termasuk Iran, Rusia, dan Amerika Serikat, dikutip dari News About Turkey.
Baca juga: Paramiliter Kurdi Akan Bakar Perbatasan Jika Turki Lancarkan Serangan Darat
Turki berpotensi tunda serangan darat ke Suriah
Belghan Ozturk, seorang analis keamanan, mengatakan bahwa serangan bom Istanbul adalah "garis merah bagi stabilitas negara dan keamanan nasional Turki".
“Jadi YPG melakukan serangan roket sebagai pembalasan atas serangan udara Turki,” kata Ozturk dari Denver, Colorado.
“Turki ingin memastikan YPG tidak dalam kapasitas untuk melakukan serangan lebih lanjut – di Turki dan serangan roket lintas perbatasan.”
Penundaan itu bisa jadi karena perlawanan yang dihadapi Turki dari beberapa kekuatan internasional yang terlibat di Suriah, termasuk Iran, Rusia, dan Amerika Serikat.
Baca juga: Jenderal Rusia Temui Pemimpin Kurdi Suriah, Redam Pertempuran Lawan Turki
SDF mundur dari kerja sama dengan AS soal ISIS
Militer AS diketahui bekerja sama dengan SDF untuk menghancurkan ISIS di perbatasan Turki dan Suriah.
Hal ini membuat Turki berpotensi menjadikan AS sebagai sasarannya, karena AS bekerjasama dengan SDF, teroris incaran Turki.
Pada Jumat (2/12/2022), SDF, yang menguasai wilayah di Suriah utara, mengatakan tidak akan lagi berpartisipasi dalam operasi kontraterorisme bersama dengan AS dan sekutu lainnya setelah serangan Turki.
SDF mengatakan telah mendokumentasikan sekitar 70 serangan sejak operasi diumumkan.
Seorang juru bicara SDF mengatakan semua koordinasi dan operasi kontraterorisme gabungan dengan koalisi pimpinan AS yang memerangi sisa-sisa ISIL (ISIS) di Suriah serta semua operasi khusus bersama yang kami lakukan secara teratur telah dihentikan.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Turki
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.