Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

EIU: Singapura dan New York jadi Kota Termahal untuk Ditinggali Sepanjang Tahun Ini

posisi kedua ditempati oleh New York (Amerika Serikat) dan Tel Aviv (Israel) turun ke posisi ketiga berkat inflasi yang lebih tinggi

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in EIU: Singapura dan New York jadi Kota Termahal untuk Ditinggali Sepanjang Tahun Ini
KOMPAS.com/ERICSSEN
Kelompok pesepeda berfoto ria bersama di depan ikon Singapura, Air Mancur Patung Merlion, di Marina Bay, Jumat pagi (19/06/2020). Economist Intelligence Unit (EIU) pada Minggu (4/12/2022) merilis sebuah hasil survei di mana Singapura menduduki peringkat pertama sebagai kota termahal untuk ditinggali sepanjang tahun ini. 

Dalam sebuah laporan, Dutt membeberkan alasan mengapa Singapura menempati urutan teratas sebagai kota paling mahal untuk ditinggali.

Dia menyebut negara itu memiliki biaya transportasi tertinggi di dunia, karena kontrol pemerintah yang ketat terhadap nomor mobil. Selain transportasi, harga pakaian, alkohol dan tembakau di Singapura juga tergolong tinggi.

“Kota ini berbagi tempat kedua dengan Paris tahun lalu, jadi sangat mirip seperti dulu,” kata Dutt.

Baca juga: Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand akan Daftarkan Kebaya Jadi Warisan Budaya ke UNESCO

Kota di Jepang dan Korea Selatan Turun Peringkat

Laporan itu juga menyebutkan bahwa kota-kota di Jepang dan Korea Selatan yang mata uangnya anjlok tahun ini termasuk yang turun peringkat.

Osaka (Jepang) adalah kota termahal ke-43 untuk ditinggali, penurunan besar dari posisi ke-10 pada 2021, sementara Busan (Korea Selatan) turun 25 peringkat dari tahun lalu dan sekarang menempati peringkat 106.

“Jepang dan Korea Selatan juga mengalami depresiasi mata uang, sementara inflasi mata uang lokal di negara-negara ini cukup lemah; ini telah menekan indeks untuk Tokyo dan Seoul dibandingkan dengan New York,” kata laporan itu.

Berita Rekomendasi

Prospek inflasi 2023

Secara terpisah, EIU juga memproyeksikan inflasi akan mulai mereda di tahun depan.

Baca juga: Bikin Acara Dangdut di New York, Fitri Carlina Akui Persiapannya Tak Murah

Perusahaan memperkirakan bahwa inflasi global akan turun dari rata-rata 9,4 persen di tahun ini menjadi 6,5 persen pada 2023.

“Tindakan telah diambil untuk memastikan bahwa inflasi dibatasi. Jadi tahun depan kita akan mulai melihat efeknya sehingga harga akan lebih rendah,” kata Dutt.

“Kami benar-benar berharap tingkat inflasi tahun ini akan mereda di tahun depan,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas