Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Inggris Pertimbangkan Bantuan Militer untuk Atasi Aksi Mogok Kerja di Inggris

Ketua Partai Konservatif Inggris Nadhim Zahawi sebut pemerintah Inggris sedang pertimbangkan bantuan militer untuk atasi aksi mogok kerja di publik.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Miftah
zoom-in Inggris Pertimbangkan Bantuan Militer untuk Atasi Aksi Mogok Kerja di Inggris
Instagram @nadhimzahawi.mp
Menteri Keuangan Inggris Nadhim Zahawi saat mengikuti pertemuan dengan anggota G7 untuk menyelesaikan & menerapkan batas harga minyak Rusia pada 2 September 2022. 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Partai Konservatif Inggris Nadhim Zahawi mengatakan pemerintah sedang mempertimbangkan bantuan militer untuk membantu layanan publik tetap berjalan.

Rencananya, personel militer akan dikerahkan untuk mengisi beberapa posisi publik karena para pekerja yang mogok kerja.

Pemogokan kerja ini terjadi di beberapa sektor, termasuk transportasi, Dinas Kesehatan Nasional (NHS), pendidikan, dan pengemudi pengiriman.

Pemerintah Inggris telah berulang kali meminta pekerja untuk menghentikan aksi mogok kerja.

Bahkan, pemerintah Inggris telah memperingatkan potensi inflasi lebih lanjut, jika pemerintah memenuhi tuntutan mereka.

Baca juga: PM Rishi Sunak: Era Keemasan Hubungan Inggris-China Telah Berakhir

Nadhim Zahawi, yang menjabat sebagai Menteri Tanpa Portofolio Inggris, mengatakan hal ini bukanlah waktu yang tepat untuk menyerang pemerintah.

"Pesan kami kepada serikat pekerja adalah untuk mengatakan, ini bukan waktunya untuk mogok, ini adalah waktu untuk mencoba dan bernegosiasi," kata Nadhim Zahawi kepada Sky News, Minggu (4/12/2022).

BERITA REKOMENDASI

"Jika (negosiasi) itu tidak ada, penting bagi pemerintah untuk memiliki rencana darurat," lanjutnya.

Persiapan militer untuk bantu layanan publik

Sebuah pernyataan dari Kantor Kabinet Inggris mengatakan sekitar 2.000 personel militer dan pegawai negeri sedang dilatih untuk mendukung berbagai layanan.

Termasuk Pasukan Perbatasan di bandara dan pelabuhan jika terjadi aksi mogok.

Mereka termasuk hingga 600 personel angkatan bersenjata, 700 staf dari tim spesialis lonjakan, tanggap cepat pemerintah, dan bagian lain dari pamong praja.

Pemimpin Partai Konservatif baru dan perdana menteri yang akan datang Rishi Sunak (tengah) melambai ketika ia tiba di Markas Besar Partai Konservatif di pusat kota London telah diumumkan sebagai pemenang kontes kepemimpinan Partai Konservatif, pada 24 Oktober 2022. - Perdana menteri Inggris berikutnya, mantan kepala keuangan Rishi Sunak, mewarisi ekonomi Inggris yang menuju resesi bahkan sebelum gejolak baru-baru ini dipicu oleh Liz Truss.
 (Photo by Daniel LEAL / AFP)
Pemimpin Partai Konservatif baru dan perdana menteri yang akan datang Rishi Sunak (tengah) melambai ketika ia tiba di Markas Besar Partai Konservatif di pusat kota London telah diumumkan sebagai pemenang kontes kepemimpinan Partai Konservatif, pada 24 Oktober 2022. - Perdana menteri Inggris berikutnya, mantan kepala keuangan Rishi Sunak, mewarisi ekonomi Inggris yang menuju resesi bahkan sebelum gejolak baru-baru ini dipicu oleh Liz Truss. (Photo by Daniel LEAL / AFP) (AFP/DANIEL LEAL)

Baca juga: PM Inggris Rishi Sunak Berjanji Akan Pertahankan Bantuan untuk Ukraina pada Tahun Depan

"Keputusan belum diambil tentang pengerahan pasukan untuk tugas-tugas ini, tetapi itu adalah bagian dari berbagai opsi yang tersedia jika aksi pemogokan di daerah-daerah ini berjalan sesuai rencana," kata Kantor Kabinet dalam pemberitahuan pers.

Pemerintah Inggris saat ini sedang memprioritaskan untuk melindungi masyarakat yang mungkin memerlukan akses ke dukungan layanan darurat dan membatasi gangguan sebanyak mungkin.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas