Inggris Pertimbangkan Bantuan Militer untuk Atasi Aksi Mogok Kerja di Inggris
Ketua Partai Konservatif Inggris Nadhim Zahawi sebut pemerintah Inggris sedang pertimbangkan bantuan militer untuk atasi aksi mogok kerja di publik.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Miftah
Terutama, saat peningkatan jumlah orang akan bepergian untuk periode perayaan dan layanan NHS berada di bawah tekanan besar akibat dampak Covid-19.
Personil militer sebelumnya dikerahkan untuk mengemudikan kapal tanker bensin dan mengirimkan suntikan Covid-19 selama pandemi.
Baca juga: Rishi Sunak Akui Era Emas Hubungan China-Inggris Telah Berakhir
Gelombang mogok kerja di Inggris
Sebelumnya, gelombang mogok kerja di Inggris terjadi karena inflasi yang terjadi di Inggris.
Mereka menuntut agar pemerintah menaikkan gaji sesuai dengan jumlah yang mereka inginkan.
Sekretaris jenderal dan kepala eksekutif Royal College of Nursing Pat Cullen menolak seruan Zahawi agar serikat pekerja mencabut klaim gajinya karena perang di Ukraina.
"Menggunakan perang Rusia di Ukraina sebagai pembenaran untuk pemotongan gaji nyata bagi perawat di Inggris adalah hal baru yang rendah bagi pemerintah ini," katanya, dikutip dari The Express Tribune.
"Publik tidak percaya retorika semacam ini dan ingin para menteri menangani perselisihan kami."
Perawat NHS juga mulai melakukan mogok kerja.
Mereka mengaku kesulitan secara ekonomi saat inflasi yang belum teratasi di Inggris.
Selain itu, mereka mengeluh tidak dapat memenuhi tagihan lainnya dan ancaman musim dingin karena inflasi yang terjadi.
"Rekam jumlah perawat yang pergi karena mereka merasa diremehkan dan pasien membayar harganya," katanya.
Sepuluh hari sebelum aksi mogok kami akan dimulai, pihaknya telah mengajak untuk bertemu para menteri dan mengatasi perselisihan.
Namun, akhirnya mereka tetap melakukan aksi mogok.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Inflasi Inggris