Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Produsen Makanan di Prancis Minta Ada Kenaikan Harga Jual Hingga 25 Persen pada Tahun Depan

Kenaikan harga tentu akan menyebabkan gangguan dalam rantai pasokan dan memperburuk inflasi pangan serta energi di seluruh Uni Eropa (UE).

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Produsen Makanan di Prancis Minta Ada Kenaikan Harga Jual Hingga 25 Persen pada Tahun Depan
grid.com
Pasta berjenis Fetucini. Harga makanan di Prancis kemungkinan akan naik secara signifikan mulai tahun depan, karena produsen telah meminta pengecer (retailer) untuk menaikkan dua digit produk mereka. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Harga makanan di Prancis kemungkinan akan naik secara signifikan mulai tahun depan, karena produsen telah meminta pengecer (retailer) untuk menaikkan dua digit produk mereka.

Pernyataan ini disampaikan perwakilan Federasi Perdagangan dan Distributor Prancis, Jacques Creyssel pada minggu ini.

Dikutip dari laman Russia Today, Senin (5/12/2022), permintaan untuk revaluasi produk datang di tengah melonjaknya inflasi dan biaya produksi yang 'sangat tinggi'.

Baca juga: Waspada, Inflasi Global Diproyeksikan Capai 9,8 Persen Pada Akhir 2022

Ia menyebut produsen makanan telah meminta kenaikan harga antara 15 hingga 25 persen untuk sejumlah item.

Sementara itu, Mediator Perdagangan Pertanian Thierry Dahan mengatakan bahwa kenaikan seperti itu jauh di atas tarif yang dinegosiasikan tahun lalu, saat produsen meminta kenaikan harga rata-rata 7 persen dan menyetujui sekitar 3,5 persen.

Menurut lembaga riset IRI, pada akhir November lalu, inflasi pangan di Prancis mencapai 12 persen.

Berita Rekomendasi

Namun tampaknya ini tidak cukup untuk menutupi lonjakan biaya produksi.

"Produsen berusaha menaikkan harga sebesar 7 persen untuk pasta dan ham, 10 persen untuk filet ayam, 26 persen untuk permen, hingga 30 persen untuk soda," jelas Creyssel.

Permintaan kenaikan harga terbaru ini dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk pemulihan dari pandemi virus corona (Covid-19), konflik di Ukraina, dan epidemi flu burung di Prancis yang secara bersamaan telah meningkatkan biaya bahan baku, energi, pengemasan dan angkutan.

Sanksi Barat yang dikenakan pada Rusia juga menambah tekanan pada manufaktur.

Ini tentunya menyebabkan gangguan dalam rantai pasokan dan memperburuk inflasi pangan serta energi di seluruh Uni Eropa (UE).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas