Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Zelensky Minta Amerika Serikat Dukung Pengadilan Khusus untuk Presiden Rusia Vladimir Putin

Zelensky minta Amerika Serikat dukung pembentukan Pengadilan khusus untuk Presiden Rusia Vladimir Putin atas invasi yang dilakukan ke Ukraina.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Endra Kurniawan
zoom-in Zelensky Minta Amerika Serikat Dukung Pengadilan Khusus untuk Presiden Rusia Vladimir Putin
Selebaran / LAYANAN PERS PRESIDEN UKRAINA / AFP
Foto selebaran ini diambil dan dirilis oleh layanan pers Kepresidenan Ukraina pada 14 November 2022, menunjukkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengambil bagian dalam upacara peletakan bendera selama kunjungannya ke kota Kherson yang baru dibebaskan, menyusul mundurnya pasukan Rusia dari pusat strategis. - Zelensky minta Amerika Serikat dukung pembentukan pengadilan untuk Vladimir Putin. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak Amerika Serikat untuk mendukung pembentukan pengadilan khusus untuk mengadili Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Perdamaian tidak mungkin tanpa keadilan dan keadilan tidak mungkin tanpa proses hukum,” kata Zelensky dalam pesan video yang dibacakan oleh Kepala Staf Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, Rabu (7/12/2022).

Ukraina saat itu hadir dalam acara yang diadakan oleh Institut Perdamaian Amerika Serikat.

“Inilah mengapa formula perdamaian ini sangat diperlukan untuk membentuk pengadilan khusus untuk kejahatan agresi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina,” tambahnya.

Permohonan Presiden Zelensky ini datang setelah Ukraina melobi negara-negara Eropa untuk membentuk pengadilan khusus selama beberapa bulan lalu.

Baca juga: Majalah Time Nobatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky jadi Person of The Year 2022

Namun, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) Den Haag tidak dapat menuntut warga negara dari negara non-partai dengan kejahatan agresi.

Sedangkan, Rusia bukan penandatangan, seperti diberitakan Al Jazeera.

Berita Rekomendasi

Berbeda dari keinginan Zelensky, ICC malah menyelidiki kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di Ukraina.

Namun, beberapa ahli meragukan legalitas pengadilan khusus dan keprihatinan atas masalah keadilan selektif.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen berbicara selama pernyataan pers tentang serangan Rusia di Ukraina, di Brussels pada 24 Februari 2022, menjelang pertemuan puncak khusus UE yang diadakan hari ini untuk
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen berbicara selama pernyataan pers tentang serangan Rusia di Ukraina, di Brussels pada 24 Februari 2022, menjelang pertemuan puncak khusus UE yang diadakan hari ini untuk "membahas krisis dan langkah-langkah pembatasan lebih lanjut" yang "akan diterapkan secara besar-besaran dan konsekuensi berat pada Rusia atas tindakannya". - Komisi Eropa akan menguraikan kepada para pemimpin sanksi baru, yang akan menambah putaran awal sanksi yang dijatuhkan pada hari Rabu setelah Presiden Vladimir Putin mengakui bagian Ukraina yang dikuasai pemberontak sebagai wilayah independen. (Photo by Kenzo TRIBOUILLARD / POOL / AFP) (AFP/KENZO TRIBOUILLARD)

UE dukung Ukraina

Pada pekan lalu, beberapa negara anggota Uni Eropa (UE) menyatakan dukungannya pada Ukraina.

Ketua Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mendukung proposal untuk menggelar pengadilan khusus bagi Putin.

Prancis menjadi negara pendukung pertama, diikuti negara-negara Baltik dan Belanda.

Namun, AS, Jerman, dan Inggris Raya menyatakan keberatan.

Von der Leyen mengatakan pengadilan khusus hanya dapat dibentuk denagn dukungan dari Perserikatan Bangas-Bangsa (PBB).

Karena Rusia memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB karena statusnya sebagai anggota tetap, pemungutan suara hanya dapat dilakukan di majelis umum PBB.

Rusia dengan keras menolak proposal tersebut, sehingga dokumen itu tidak akan memiliki legitimasi.

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di sebuah pertemuan dengan para ibu tentara Rusia yang berpartisipasi dalam operasi militer di Ukraina, menjelang Hari Ibu di kediaman negara Novo-Ogaryovo, di luar Moskow, pada 25 November 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan sekelompok ibu dan istri militer untuk pertama kalinya sejak memerintahkan pasukan Rusia masuk ke Ukraina sembilan bulan lalu. Ibu dan istri tentara dimobilisasi untuk berperang di Ukraina, mendesak agar militer menepati janji yang dibuat oleh Presiden Vladimir Putin.
Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di sebuah pertemuan dengan para ibu tentara Rusia yang berpartisipasi dalam operasi militer di Ukraina, menjelang Hari Ibu di kediaman negara Novo-Ogaryovo, di luar Moskow, pada 25 November 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan sekelompok ibu dan istri militer untuk pertama kalinya sejak memerintahkan pasukan Rusia masuk ke Ukraina sembilan bulan lalu. Ibu dan istri tentara dimobilisasi untuk berperang di Ukraina, mendesak agar militer menepati janji yang dibuat oleh Presiden Vladimir Putin. (Mikhail Metzel / SPUTNIK / AFP)

Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Kunjungi Jembatan Kerch Krimea yang Dibom Oktober 2022

Komisi UE mengusulkan dua opsi.

Opsi pertama, membuat pengadilan internasional mandiri berdasarkan perjanjian multilateral.

Pilihan kedua, mengadakan pengadilan hibrida yang terintegrasi ke dalam sistem peradilan nasional dengan hakim internasional.

Dalam kedua kasus tersebut, restu PBB sangat penting.

“Kami siap untuk mulai bekerja dengan komunitas internasional untuk mendapatkan dukungan internasional seluas mungkin untuk pengadilan khusus ini,” kata Von der Leyen, Senin (5/12/2022), seperti diberitakan The Washington Post.

Pengadilan khusus itu akan menargetkan sejumlah kecil terdakwa, termasuk kepemimpinan politik Rusia Vladimir Putin dan pemimpin militer senior.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas