AS Rilis 13 Ribu Dokumen Pembunuhan JFK, 515 Dokumen Tetap Ditahan Seluruhnya
AS rilis lebih dari 13.000 dokumen pembunuhan Presiden Amerika Serikat JFK, namun masih ada 515 dokumen yang tetap ditahan seluruhnya.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Arif Fajar Nasucha
Penyelidikan yang dipimpin oleh Hakim Ketua Earl Warren menyimpulkan, Lee Harvey Oswald adalah tersangka tunggal pembunuhan JFK.
Lee Harvey Oswald adalah warga AS, seorang mantan aktivis Marinir dan komunis yang pernah tinggal di Uni Soviet.
Lee Harvey Oswald dibunuh di ruang bawah tanah markas polisi Dallas dua hari setelah penangkapannya.
Kematian JFK melahirkan puluhan tahun teori konspirasi tentang apakah Lee bertindak sendirian.
Agen mata-mata AS, CIA mengatakan tidak pernah menyembunyikan informasi tentang Lee Harvey Oswald dari penyelidik AS.
Akademisi dan ahli teori JFK lama berharap rilis terbaru akan mengungkapkan lebih banyak informasi tentang aktivitas Oswald di Mexico City.
Saat itu, Lee Harvey Oswald bertemu dengan seorang perwira KGB Soviet pada Oktober 1963 di Mexico sebelum penembakan terjadi.
Dalam pernyataan terbarunya, CIA mengatakan semua informasi yang dipegang oleh agensi terkait dengan perjalanannya ke Mexico City sebelumnya telah dirilis.
"Tidak ada informasi baru tentang topik ini dalam rilis 2022," kata CIA.
Baca juga: Ukraina Gunakan Drone Buatan AS untuk Serang Target di Wilayah Krimea
Sejarawan AS ragukan keaslian dokumen
Beberapa kelompok sejarawan AS meragukan dokumen pembunuhan JFK yang rilis adalah dokumen asli yang belum disunting.
Para peneliti dari Mary Ferrell Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang menggugat pemerintah untuk merilis file tersebut, mengatakan CIA menahan informasi tentang waktu Lee Harvey Oswald di Meksiko.
Mary Ferrell Foundation mengatakan beberapa 28 catatan CIA tentang pembunuhan JFK tidak pernah diserahkan ke Arsip Nasional.
Satu dokumen yang baru terungkap menunjukkan Presiden Meksiko membantu AS menyadap Kedutaan Uni Soviet di Meksiko tanpa sepengetahuan pihak hukum Meksiko, dikutip dari BBC Internasional.