Kematian Akibat Covid-19 Terus Meningkat, Pemerintah Shanghai Berlakukan Pembelajaran Online
Langkah ini diambil usai jumlah kasus kematian Covid-19 di sejumlah wilayah di China mengalami lonjakan tajam mencapai 5.235 jiwa.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, SHANGHAI – Biro pendidikan kota Shanghai China meminta sebagian besar pelajar mulai dari SD, SMP dan SMA untuk melakukan pembelajaran secara online, mulai Senin (19/12/2022).
Tak hanya itu mereka juga mengimbau para guru dari taman kanak-kanak dan pusat penitipan bayi di Shanghai untuk menutup semua kelas tatap muka, seperti yang dikutip dari Reuters.
Langkah ini diambil usai jumlah kasus kematian Covid-19 di sejumlah wilayah di China mengalami lonjakan tajam mencapai 5.235 jiwa.
Baca juga: Cegah Lonjakan Kasus di Musim Dingin, Joe Biden Tawarkan Tes Covid-19 Secara Gratis ke Masyarakat
Jumlah tersebut diprediksi akan semakin bertambah hingga tembus lebih dari 1 juta pada tahun depan, mengingat saat ini hampir 60 persen populasi di China mulai terpapar kasus Covid-19.
Sejak pemerintah Xi Jinping melakukan pencabutan kebijakan nol-COVID berupa lockdown, karantina dan wajib tes, akibat protes panjang yang digelar jutaan warga China pada awal Desember lalu, jumlah pasien positif Covid di China terus mencatatkan kenaikan.
"Kebijakan zero Covid-19 di China memiliki efektivitas untuk mencegah varian virus corona sebelumnya. Namun, penularan yang tinggi dari jenis varian Omicron membuatnya tidak mungkin untuk dipertahankan," kata Christopher Murray, Direktur lembaga riset Institute of Health Metrics and Evaluation (IHME) yang berbasis di Amerika Serikat.
Munculnya lonjakan kasus positif Covid-19 bahkan memicu aksi panic buying di sejumlah wilayah, warga yang panik lantas menyerbu sejumlah apotek dan klinik untuk memborong obat-obatan. Imbas tindakan ini, Beijing dan kota-kota lain kehabisan obat dan perangkat tes.
Baca juga: WHO: Peningkatan Kasus Covid-19 di China Bukan Karena Kebijakan Pelonggaran Pembatasan
Sementara pusat perbelanjaan sebagian besar tetap sepi karena warga banyak yang tinggal di rumah untuk menghindari penularan infeksi.
Kebijakan nol-Covid ala Xi Jinping sebelumnya mendapatkan pandangan yang kurang baik dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Selain dapat menahan laju perekonomian negara, kebijakan mobilisasi juga membuat kekebalan warga terhadap Covid-19 menjadi rendah.
Alasan ini yang kemudian mendorong jutaan masyarakat China menggelar aksi demo besar – besaran selama sepekan untuk menolak kebijakan nol-Covid, namun usai kebijakan diperlonggar kasus positif kian membludak.
Baca juga: China Isyaratkan Beri Lebih Banyak Stimulus untuk 2023 di Tengah Pelonggaran Pembatasan Covid-19
Sejauh ini, Xi belum membuat komentar publik tentang perubahan penting untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus Covid, namun mencegah bertambahnya korban jiwa kini sejumlah rumah sakit di China mulai meningkatkan pelayanan dan staf medis, guna mencegah ledakan lebih lanjut.