Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rumah Duka dan Krematorium di Beijing Ramai di Tengah Penyebaran Covid-19

Mobil jenazah berbaris di jalan masuk ke krematorium Covid-19 yang ditunjuk di ibu kota China, Beijing, pada Sabtu (17/12/2022).

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Rumah Duka dan Krematorium di Beijing Ramai di Tengah Penyebaran Covid-19
Twitter Janis Mackey Frayer/@janisfrayer
Warga Kota Beijing membawa kertas putih dan menyanyikan lagu kebangsaan China, saat memprotes kebijakan lockdown Covid oleh Pemerintah China, Senin (28/11/2022). 

Namun belum dapat dikonfirmasi, apakah perjuangan untuk memenuhi permintaan kremasi yang meningkat juga disebabkan oleh meningkatnya kematian terkait Covid-19.

Sedangkan di Rumah Duka Huairou, Beijing, jenazah disimpan selama tiga hari sebelum dapat dikremasi, kata seorang staf.

"Anda bisa membawa jenazah ke sini sendiri, baru-baru ini sibuk," kata staf itu

Kematian Covid-19 di China

Otoritas kesehatan China terakhir melaporkan kematian akibat Covid-19 pada 3 Desember, sementara Beijing terakhir melaporkan kematian akibat virus tersebut pada 23 November.

Namun media berita China, Caixin, melaporkan pada Jumat (17/12/2022), dua jurnalis media veteran pemerintah telah meninggal setelah tertular Covid-19 di Beijing, di antara kematian pertama yang diketahui sejak China melonggarkan sebagian besar kebijakan nol-Covidnya.

Pada Sabtu, Caixin melaporkan seorang mahasiswa kedokteran berusia 23 tahun di provinsi Sichuan meninggal karena Covid-19 pada 14 Desember.

Berita Rekomendasi

Namun, Komisi Kesehatan Nasional China pada Sabtu melaporkan tidak ada perubahan pada angka resmi kematian akibat Covid-19 dari 5.235 kasus sejak pandemi muncul di provinsi Wuhan pada akhir 2019.

Baca juga: China Hentikan Aplikasi Pelacak Covid-19 usai Diakhirinya Pembatasan Skala Besar

Sejak pencabutan pembatasan awal bulan ini, China telah mengatakan kepada penduduknya yang berjumlah 1,4 miliar jiwa untuk tinggal di rumah jika mereka memiliki gejala ringan, karena kota-kota di seluruh China bersiap menghadapi gelombang infeksi pertama mereka.

Jika kebijakan Covid-19 yang ketat dicabut lebih awal, misalnya pada 3 Januari tahun ini, setidaknya 250.000 orang di China akan meninggal, kata ahli epidemiologi China terkemuka Wu Zunyou pada Sabtu.

Pada 5 Desember, jumlah pasien Covid-19 yang sakit parah atau kritis telah turun menjadi 0,18 persen dari kasus yang dilaporkan, dari tingkat 3,32 persen pada tahun lalu dan 16,47 persen pada tahun 2020, tambah Wu.

Ini menunjukkan tingkat kematian China akibat penyakit ini secara bertahap turun, katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Angka resmi mengenai kasus Covid-19 telah menjadi panduan yang tidak dapat diandalkan, karena lebih sedikit pengujian yang dilakukan di seluruh China setelah pelonggaran kebijakan nol-Covid.

China berhenti menerbitkan jumlah kasus tanpa gejala mulai Rabu (14/12/2022), dengan alasan kurangnya tes PCR di antara pasien Covid-19 tanpa gejala.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas