Danai Peluncuran Rudal Nuklir, Korut Terjunkan Hacker Untuk Gasak Dompet Kripto
NIS menjelaskan bahwa aksi peretasan kripto yang dilakukan para hacker asal Korea Utara sudah berlangsung selama 5 tahun
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, PYONGYANG – Pemerintah Korea Utara (Korut) kepergok menerjunkan hacker untuk menggasak dompet kripto para investor global, hal tersebut terungkap setelah badan intelijen Korea Selatan, Badan Intelijen Nasional (NIS) merilis data laporan.
NIS menjelaskan bahwa aksi peretasan kripto yang dilakukan para hacker asal Korea Utara sudah berlangsung selama 5 tahun, dimulai sejak 2017 silam tepatnya saat PBB menjatuhkan sanksi pada Pyongyang.
Dimana dalam sanksi tersebut Korut dilarang untuk melakukan kegiatan ekspor pada sejumlah komoditas unggulan seperti batu bara, tekstil, dan makanan laut.
Baca juga: Kim Jong Un Menggila, Korut Tembakan Dua Rudal Balistik ke Laut Lepas Pantai Timur
Tekanan ini lantas memicu penurunan pendapatan hingga membuat perekonomian Korut berkontraksi.
Namun karena presiden Kim Jong Un terus menyuarakan ambisi peningkatan kapasitas produksi rudal balistik di Korea Utara, Pyongyang lantas menerjunkan para hacker unggulannya untuk mencuri mata uang kripto dan aset virtual lainnya.
"Peretas Korea Utara termasuk yang terbaik di dunia dalam mencuri aset digital bahkan lembaga keuangan dan perusahaan mata uang kripto," ata agen mata-mata Seoul.
Menurut laporan NIS yang dikutip dari APNews selama lima tahun terakhir hacker Korut telah berhasil mencuri ratusan token digital senilai senilai 1,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 18,7 triliun (satuan kurs Rp 15.593).
Dimana sekitar 7 persen atau 78 juta dolar AS dengan asumsi sebesar Rp 1.2 triliun berasal dari aset kripto milik investor Korea Selatan.
Dana yang dicuri dilaporkan digunakan Kim Jong Un untuk menopang perekonomian Korea Utara serta mendanai program senjata nuklirnya selama berlangsungnya pandemi Covid-19 dan pengetatan sanksi PBB.
Baca juga: Muncul Lagi Bareng Putrinya Kim Jong-un Ingin Miliki Bom Nuklir Terkuat di Dunia
Kerugian finansial bukan hanya dialami oleh Seoul. NIS mengatakan peretas Korea Utara dan China turut mengincar perusahaan teknologi khususnya di industri tenaga nuklir, semikonduktor, pertahanan, dan luar angkasa milik AS.
Awal tahun ini biro investigasi asal AS (FBI) mengklaim bahwa hacker yang dikendalikan pemerintah Korea Utara telah mencuri mata uang kripto Ethereum senilai 620 juta dolar AS dari sebuah perusahaan video game ternama di Amerika.
Meski investigasi telah membuktikan adanya aksi kriminal yang dilakukan presiden Kim Jong Un, namun Korea Utara dengan tegas membantah tuduhan tersebut bahkan mereka menyatakan siap menggelar perang lantaran tindakan yang dilakukan Seoul dan Washington telah menodai reputasi Korea Utara.