Kaleidoskop 2022: Kilas Balik Munculnya Cacar Monyet atau Virus Monkeypox di Eropa & Kontroversinya
Monkeypox kali pertama diidentifikasi oleh para ilmuwan Denmark pada 1958, saat menyebar diantara monyet kera pemakan kepiting di penangkaran.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa tahun terakhir, dunia tengah menghadapi berbagai wabah penyakit, mulai dari virus corona (Covid-19) hingga virus cacar monyet (Monkeypox).
Pada awal 2022, wabah Monkeypox kembali melanda sejumlah negara di Eropa, padahal virus ini biasanya ditemukan di kawasan Afrika.
Lalu seperti apa perkembangan wabah Monkeypox sepanjang 2022, ini sederet ulasan menarik mengenai wabah cacar monyet ini.
- Ditemukan di Inggris pada pertengahan Mei 2022
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan mengerikan terkait kasus Monkeypox mematikan yang dikonfirmasi di Inggris pada pertengahan Mei lalu.
Sementara itu Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengatakan bahwa kasus Monkeypox yang terdeteksi di London dan Inggris Timur Laut, tidak memiliki hubungan yang diketahui dengan 3 infeksi sebelumnya.
Perlu diketahui, Monkeypox merupakan virus yang biasanya ditemukan di Afrika Tengah dan Barat, virus ini dapat ditularkan melalui kontak serta paparan droplet melalui droplet besar yang dihembuskan.
Baca juga: WHO Ganti Nama Monkeypox Jadi MPOX
Menurut badan kesehatan global, gejala yang ditimbulkan saat seseorang terkena virus ini bisa saja ringan atau parah, termasuk lesi yang terasa sangat gatal dan menyakitkan.
UKHSA pun saat itu telah menjalin kontak umum dengan 2 dari 4 kasus infeksi terbaru.
Lembaga kesehatan itu juga sedang menyelidiki hubungan dengan virus tersebut, karena keempat kasus baru telah mengidentifikasi diri sebagai gay, biseksual, atau pria yang berhubungan seks dengan sesama pria.
"Setiap penyakit yang diperoleh selama perjalanan atau setelah kembali dari daerah endemik harus dilaporkan ke profesional kesehatan, termasuk informasi tentang semua riwayat perjalanan dan imunisasi baru-baru ini," kata WHO dalam sebuah pernyataan.
Penduduk dan pelancong yang berkunjung ke negara endemik, kata WHO, harus menghindari kontak dengan hewan sakit, baik mati maupun hidup.
"Karena hewan itu dapat menampung virus Monkeypox, seperti tikus, marsupial dan primata. Mereka juga harus menahan diri dari mengkonsumsi atau memegang hewan buruan (daging hewan liar). Selain itu, penting pula menjaga kebersihan tangan menggunakan sabun dan air, atau pembersih berbasis alkohol," tegas WHO.