Taiwan Perpanjang Masa Wajib Militer dari 4 Bulan Pelatihan Menjadi 1 Tahun
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengumumkan akan memperpanjang masa wajib militer untuk semua pria yang memenuhi syarat, dari 4 bulan menjadi 1 tahun.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengumumkan akan memperpanjang masa wajib militer untuk semua pria yang memenuhi syarat, dari empat bulan menjadi satu tahun, Selasa (27/12/2022).
"Empat bulan pelatihan wajib militer tidak lagi sesuai dengan kebutuhan pertahanan Taiwan," katanya, seperti dikutip CNN.
Tsai menambahkan, meski memperpanjang masa tugas merupakan keputusan yang sulit, hal ini diperlukan untuk menjaga kehidupan di pulau demokratis tersebut.
“Tidak ada yang menginginkan perang," tegasnya.
"Pemerintah Taiwan dan rakyatnya tidak menginginkannya, juga masyarakat internasional tidak menginginkannya."
"Tapi kedamaian tidak jatuh dari langit,” katanya.
Baca juga: Populer Internasional: Ultimatum Rusia jika Ingin Damai - Taiwan Perpanjang Masa Wajib Militer
“Kita harus secara aktif mempersiapkan perang untuk mencegah perang, dan kita harus mampu berperang untuk menghentikan perang," imbuhnya.
Imbauan Presiden Taiwan dikeluarkan di tengah meningkatnya ancaman dari China.
Berlaku 2024 mendatang
Masa wajib militer baru dilaksanakan pada awal 2024 mendatang.
Aturan ini akan berlaku untuk pria yang lahir setelah tahun 2005.
Langkah tersebut menandai perubahan arah bagi Taiwan, sebuah negara demokrasi dengan pemerintahan sendiri berpenduduk 23,5 juta orang, yang telah mempersingkat wajib militer dari satu tahun menjadi empat bulan pada 2018.
Baca juga: Taiwan akan Perpanjang Wajib Militer di Tengah Meningkatnya Ancaman dari China
Reaksi Gedung Putih
Seorang juru bicara Gedung Putih menyambut baik pengumuman Taiwan dalam sebuah pernyataan kepada CNN.
Juru bicara tersebut menyinggung soal "komitmen Taiwan untuk membela diri dan memperkuat pencegahan."
Juru bicara itu mengatakan Amerika Serikat “akan terus membantu Taiwan dalam mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai sejalan dengan komitmen kami di bawah Undang-Undang Hubungan Taiwan dan kebijakan satu China kami.”
"Amerika Serikat akan terus mendukung penyelesaian damai masalah lintas-Selat, dan menentang setiap perubahan sepihak dalam status quo oleh kedua belah pihak," tambah juru bicara itu.
Reformasi struktur militer Taiwan
Tsai pada Selasa (27/12/2022), juga mengumumkan serangkaian reformasi pada struktur militer Taiwan.
Rencana itu termasuk membagi pasukan menjadi empat kategori utama: pasukan tempur utama, pasukan garnisun, sistem pertahanan sipil, dan sistem cadangan.
Baca juga: China dan Taiwan Makin Panas Saat Presiden Rusia Vladimir Putin Ingin Akhiri Perang dengan Ukraina
Pasukan tempur utama akan terdiri dari tentara profesional dan mengambil tanggung jawab keamanan teritorial.
Lalu, pasukan garnisun sebagian besar terdiri dari wajib militer dan melakukan tugas melindungi infrastruktur utama di dalam Taiwan.
Selama pelatihan, wajib militer akan bekerja dengan senjata modern seperti drone dan melatih keterampilan pertolongan pertama dan menyelamatkan nyawa.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)