1 Juta Orang Rusia Kunjungi Hotline Ukraina untuk Bisa Menghindari Perang
1 juta orang Rusia menghubungi hotline Ukraina dengan harapan bisa menyerah dari perang.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
Mereka dapat menerima perawatan medis dan makanan yang diperlukan.
Mereka juga bisa menelepon kerabat mereka.
“Sekarang ini hanya pekerjaan rutin bagi saya, tetapi seratus panggilan pertama sulit bagi saya, karena sebagai seorang patriot Ukraina, saya membenci mereka yang menelepon,” kata Oksana.
Di antara penelepon ada warga negara Ukraina yang mengkhianati negara dan berperang di pihak Rusia, katanya.
Hotline itu juga menerima panggilan dari orang-orang dari republik rakyat Donetsk dan Luhansk, orang Rusia biasa yang dipanggil untuk berperang serta komandan senior yang tidak melihat masa depan mereka di Rusia, kata Matvienko.
Personil militer tingkat tinggi diperlakukan sebagai prioritas, karena mereka mungkin memiliki intelijen yang berharga.
Sergiy Kuzan, kepala pusat keamanan dan kerja sama Ukraina, mengatakan setiap kasus dievaluasi secara berbeda.
Mereka mempertimbangkan usia, asal, dan pengalaman militer individu.
Proyek ini juga mengevaluasi orang-orang berdasarkan wilayah tempat mereka menyerahkan diri, tingkat pendidikan mereka, dan bagaimana orang tersebut ditangkap, jika memang demikian.
"Ada kasus ketika seseorang benar-benar 'dicuci otaknya' oleh televisi Rusia sehingga mereka benar-benar percaya pada junta, pada Nazisme di Kyiv," kata Kuzan.
“Artinya, ada kasus klinis yang akan saya katakan."
"Untuk orang-orang seperti itu kami menyalakan televisi kami, membiarkan mereka membaca koran kami, dan kemudian memberikan mereka waktu untuk menyadari apa yang sebenarnya terjadi.”
Pemimpin proyek mengatakan mereka berharap proyek itu untuk terus berkembang.
Ada rencana untuk program terpisah di Ukraina dan luar negeri untuk anggota korps perwira Rusia yang ingin menyerah.
Pejabat Ukraina mengatakan mereka sibuk menyusun program baru untuk para pembelot tingkat tinggi.
Beberapa di antaranya akan diberikan identitas dan latar belakang baru.
Program itu akan dilaksanakan berdasarkan kasus per kasus, kata mereka.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)