China akan Buka Perbatasan dengan Hong Kong Mulai Akhir Pekan Ini
China pada sejak awal Desember 2022 mulai melonggarkan aturan ketatnya terkait kebijakan nol-Covid-19.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – China berencana membuka kembali perbatasannya dengan Hong Kong mulai Minggu (8/1/2023).
Dikutip dari Reuters, ini merupakan pertama kalinya China membuka perbatasannya dengan Hong Kong sejak 2020.
“Mulai 8 Januari 2023 penduduk Hong Kong yang mendarat di China tidak wajib menunjukkan hasil negatif Covid-19,” kata pejabat Pemerintah China.
“Kami juga akan meningkatkan penerbangan dari China ke Hong Kong dan Makau,” imbuhnya.
Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 China Jadi Agenda Pertemuan WHO di Jenewa
Seperti diketahui, China pada awal Desember 2022 mulai melonggarkan aturan ketatnya terkait kebijakan “nol-Covid”.
Bersamaan dengan itu, Hong Kong pun memilih untuk mengikuti aturan yang serupa dengan China.
Adapun ketika kedua negara tersebut menutup perbatasannya, hal itu membuat harga makanan di Hong Kong mengalami kenaikan sebesar 15 hingga 20 persen.
Pasalnya pengemudi truk dari Hong Kong tidak diizinkan untuk mengambil pesanan di China, mengingat saat itu kasus infeksi Covid-19 sedang melonjak.
Dengan adanya rencana pembukaan kembali perbatasan, diharapkan harga makanan di Hong Kong kembali menurun.
Aktivitas Manufaktur China Merosot
Di tengah rencana pembukaan kembali perbatasan antara China dan Hong Kong, aktivitas manufaktur Beijing mengalami penurunan pada Desember 2022.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Caixin/Markit turun menjadi 49,0 pada Desember 2022 dari yang sebelumnya berada di angka 49,4 pada November 2022.
Indeks telah bertahan di bawah 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi selama lima bulan berturut-turut.
Angka tersebut merupakan yang terendah sejak September 2022, tetapi mengalahkan perkiraan analis 48,8 dalam jajak pendapat Reuters.
"Pasokan menyusut, total permintaan tetap lemah, permintaan luar negeri menyusut, pekerjaan memburuk, logistik lamban, produsen menghadapi tekanan yang meningkat pada profitabilitas mereka, dan jumlah pembelian serta inventaris tetap rendah," kata Wang Zhe, ekonom senior di Caixin Insight.
Terlepas dari itu, para pemimpin China telah berjanji meningkatkan penyesuaian kebijakan demi meredam dampak lonjakan infeksi Covid-19 pada bisnis dan konsumen di saat ekonomi global yang melemah merugikan aktivitas ekspor.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.