China Mengalami Penurunan Populasi, Dampak Signifikan dari Kebijakan Satu Anak
Sebagian besar penurunan demografi tersebut adalah hasil dari kebijakan 'satu anak' China yang diberlakukan sejak 1980 hingga 2015
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Populasi China turun pada tahun lalu untuk kali pertama dalam enam dekade, ini merupakan perubahan bersejarah yang diperkirakan akan menandai dimulainya periode panjang penurunan jumlah warganya dengan implikasi mendalam bagi ekonominya dan dunia.
Sebagian besar penurunan demografi tersebut adalah hasil dari kebijakan 'satu anak' China yang diberlakukan sejak 1980 hingga 2015, serta tingginya biaya pendidikan yang membuat banyak warga China tidak memiliki lebih dari satu anak atau bahkan tidak memiliki anak sama sekali.
Kebijakan satu anak dan preferensi tradisional untuk anak laki-laki juga telah menciptakan ketidakseimbangan gender yang mendalam.
Baca juga: Perlambatan Ekonomi Global Bikin Barang Made In China Alami Penurunan
Dikutip dari laman Reuters, Rabu (18/1/2023), data terbaru menunjukkan bahwa negara itu memiliki sekitar 722 juta laki-laki dibandingkan dengan 690 juta perempuan.
Ketidakseimbangan ini lebih cenderung terlihat di kawasan pedesaan, menyebabkan lebih sedikit keluarga yang terbentuk dalam beberapa tahun terakhir.
Data tersebut menjadi trending topik teratas di media sosial China setelah angka itu dirilis pada Selasa kemarin.
Salah satu tagar '#Apakah penting memiliki keturunan?' pun memiliki ratusan juta hit.
"Alasan mendasar mengapa perempuan tidak ingin memiliki anak bukan terletak pada diri mereka sendiri, namun pada kegagalan masyarakat dan laki-laki untuk memikul tanggung jawab dalam membesarkan anak. Bagi perempuan yang melahirkan, hal ini menyebabkan penurunan kualitas hidup yang serius dan kehidupan spiritual," tulis seorang netizen dengan nama pengguna Joyful Ned.
Netizen China juga sebelumnya mengeluh tentang tekanan pada pengantin baru untuk memiliki keturunan sesegera mungkin.
Mereka melaporkan panggilan rutin dari pemerintah daerah mereka yang menanyakan 'kapan mereka bisa hamil'.
"Kebijakan nol-Covid China yang ketat dan diterapkan selama tiga tahun telah menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada prospek demografis negara itu, kata pakar populasi.
Pemerintah daerah sejak 2021 telah meluncurkan langkah-langkah untuk mendorong masyarakat memiliki lebih banyak bayi, termasuk pengurangan pajak, cuti melahirkan yang lebih lama dan subsidi perumahan.
Presiden Xi Jinping juga mengatakan pada Oktober 2022 bahwa pemerintah akan memberlakukan kebijakan dukungan lebih lanjut.
Baca juga: Krisis Demografis, China Hadapi Penurunan Populasi Pertama dalam Enam Dekade
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.