Kerusuhan di Peru Memanas, Ribuan Orang Turun ke Jalan dan Bakar Gedung di Lima
Gedung di San Martin Plaza itu kosong ketika kobaran api besar menyala tanpa penyebab yang diketahui, kata seorang komandan pemadam kebakaran
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
"Semua kekuatan hukum akan jatuh pada orang-orang yang telah bertindak dengan vandalisme," kata Boluarte.
Korban tewas meningkat mencapai 45 orang, menurut ombudsman pemerintah Peru, dengan korban terbaru adalah seorang wanita, yang berasal dari wilayah Puno selatan, yang dilaporkan meninggal pada Kamis setelah mengalami luka sehari sebelumnya.
Keadaan darurat
Di seluruh Peru, blokade jalan terlihat di 18 dari 25 wilayah negara itu, menurut laporan pejabat transportasi, menggarisbawahi protes telah meluas hampir ke seluruh wilayah Peru.
Polisi telah meningkatkan pengawasan terhadap jalan-jalan yang menuju Lima dan para pemimpin politik menyerukan agar publik tetap tenang.
Pekan lalu, pemerintah Boluarte memperpanjang keadaan darurat di Lima dan wilayah selatan Puno dan Cusco, serta membatasi beberapa hak sipil.
Boluarte mengatakan situasi di negara itu "terkendali" dan dia menyerukan diadakannya dialog dengan perwakilan pengunjuk rasa.
Presiden Peru itu telah meminta "pengampunan" atas kematian yang terjadi selama aksi protes, ketika spanduk pengunjuk rasa melabelinya sebagai "pembunuh" dan menyebut pembunuhan oleh pasukan keamanan sebagai "pembantaian".
Namun Boluarte telah menolak seruan untuk mengundurkan diri.
Kelompok hak asasi manusia menuduh polisi dan tentara Peru menggunakan senjata api yang mematikan dalam meredam aksi protes tersebut.
Sedangkan polisi Peru menyebut para pengunjuk rasa telah menggunakan senjata dan bahan peledak rakitan.
"Kami tidak akan melupakan rasa sakit yang ditimbulkan polisi di kota Juliaca," kata seorang pengunjuk rasa, yang tidak menyebutkan namanya.
Dia merujuk ke kota tempat protes mematikan yang terjadi bulan ini.
"Kami wanita, pria, anak-anak harus berjuang," ungkapnya.
Pengunjuk rasa lain memberikan alasan strategis untuk menargetkan ibu kota negara itu.
"Kami ingin memusatkan gerakan kami di sini di Lima, yang merupakan jantung Peru, untuk melihat apakah mereka dipindahkan," kata pengunjuk rasa Domingo Cueva, yang melakukan perjalanan dari Cusco.
"Kami telah mengamati peningkatan represi di mana-mana," tambahnya.