Gadis 19 Tahun Masuk Daftar Teroris karena Kritik Tentara Rusia dan Anti Putin
Gadis 19 tahun masuk daftar teroris Rusia karena kritik Tentara Rusia dan Anti Putin. Ia juga dinilai pro Ukraina karena benarkan pengeboman Krimea.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Mahasiswa Universitas Federal Utara (Arktik), Olesya Krivtsova (19) dari wilayah Arkhangelsk, Rusia, menjadi tahanan rumah setelah didakwa atas postingan di media sosial yang dinilai mendiskreditkan tentara Rusia dan membenarkan terorisme Ukraina.
Pejabat Rusia menambahkannya ke daftar teroris dan ekstremis, karena memposting Instagram story tentang ledakan di jembatan Krimea pada Oktober 2022.
Ia juga didakwa karena mengkritik Rusia yang menginvasi Ukraina.
Olesya Krivtsova juga menghadapi tuntutan pidana karena mendiskreditkan tentara Rusia dalam obrolan siswa di jejaring sosial Rusia, Telegram.
Selama menjadi tahanan rumah, Olesya Krivtsova dilarang online dan menggunakan bentuk komunikasi lainnya.
Baca juga: Lima Pria Rusia Tinggal di Bandara Korsel Selama Berbulan-bulan Usai Mengkir dari Wajib Militer
"Kasus Olesya Krivtsova bukan yang pertama, juga bukan yang terakhir," kata Alexei Kichin, pengacara Krivtsova, dikutip dari CNN Internasional.
Kichin mengatakan Olesya mungkin menghadapi hukuman tiga tahun penjara karena mendiskreditkan tentara Rusia dan hingga tujuh tahun penjara berdasarkan pasal pembenaran terorisme.
Namun, pembelaan hukum Krivtsova mengharapkan hukuman yang lebih ringan seperti denda.
Baca juga: Rusia Klaim 14 Orang Tewas dan 24 Terluka dalam Serangan Roket HIMARS Ukraina di Luhansk
Pakai Tato Anti Putin
Selain memposting kritikan terhadap tentara Rusia dan pemerintah, Olesya Krivtsova juga mengungkapkan kritikannya melalui tato di kaki kanannya.
Olesya memiliki tato di pergelangan kaki lainnya bertuliskan "Kakak Sedang Mengawasi Anda", dengan wajah Presiden Rusia Vladimir Putin menempel di tubuh seekor laba-laba.
Selama menjadi tahanan rumah, Olesya memakai gelang pelacak di pergelangan kaki kirinya.
Karena tindakannya itu, Olesya dianggap sebagai teroris yang setara dengan ISIS, al Qaeda, dan Taliban.
Ia sedang menunggu persidangan atas tuduhan terorisme dan mendiskreditkan tentara Rusia, dikutip dari The Washington Post.
Olesya ditahan untuk kedua kalinya pada pertengahan Januari 2023, tiga bulan setelah teman-temannya mengambil tangkapan layar Instagram Story dan percakapan grup Telegram yang menampilkan komentar Olesya soal invasi Rusia terhadap Ukraina.
Baca juga: Berlibur Saat Negaranya Digempur Rusia, Pejabat Partai di Ukraina Bakalan Dipecat
Pelanggaran Berulang
Ini bukan pertemuan pertama Olesya Krivtsova dengan pihak berwenang karena menyiarkan pandangannya secara terbuka.
Pada Mei 2022 lalu, Olesya Krivtsova menghadapi tuntutan administratif karena mendiskreditkan tentara Rusia dengan menyebarkan poster anti-perang.
Masalah menjadi lebih serius ketika dia dituduh mendiskreditkan tentara Rusia di media sosial Oktober 2022 lalu.
Menurut pengacara Krivtsova, pelanggaran berulang berdasarkan pasal yang sama berubah menjadi kasus pidana.
“Dia memiliki rasa keadilan yang tinggi, yang membuat hidupnya sulit. Ketidakmampuan untuk tetap diam sekarang menjadi dosa besar di Federasi Rusia,” kata ibu Krivtsova.
Sebelumnya, otoritas Rusia pernah menahan Olesya pada Desember 2022, ketika sekelompok petugas menggedor pintu apartemen yang dia tinggali bersama suaminya.
Dalam kasus Krivtsova, seorang hakim di pengadilan daerah Primorsky pada awalnya memutuskan untuk membatasi komunikasinya dan tidak membatasi pergerakannya, meskipun ada permintaan yang kuat dari penuntutan, dikutip dari The Washington Post.
Namun, beberapa hari kemudian, Krivtsova dimasukkan ke dalam daftar orang yang dicari dan ditahan lagi.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina