Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ahli Medis dan Bencana Sebut Evakuasi Korban Gempa Turki Saat Ini Berpacu dengan Waktu

Tim penyelamat berpacu dengan waktu terkait beberapa faktor yang mereka hadapi saat ini di lokasi gempa Turki dan Suriah.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Ahli Medis dan Bencana Sebut Evakuasi Korban Gempa Turki Saat Ini Berpacu dengan Waktu
AFP/CAN EROK
Seorang penyelamat bereaksi ketika dia membawa mayat yang ditemukan di reruntuhan di Adana pada 6 Februari 2023, setelah gempa berkekuatan 7,8 melanda tenggara negara itu. - Jumlah korban tewas gabungan telah meningkat menjadi lebih dari 1.900 untuk Turki dan Suriah setelah gempa terkuat di kawasan itu dalam hampir satu abad pada 6 Februari 2023. Layanan darurat Turki mengatakan setidaknya 1.121 orang tewas dalam gempa berkekuatan 7,8, dengan 783 kematian dikonfirmasi lainnya di Suriah, menempatkan jumlah korban di 1.904. (Photo by Can EROK / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Tim penyelamat berpacu dengan waktu terkait beberapa faktor yang mereka hadapi saat ini di lokasi gempa Turki dan Suriah.

Pernyataan ini disampaikan seorang Pakar Perawatan Kritis, Dr Richard Edward Moon dari Duke University.

"Kurangnya air dan oksigen merupakan penghalang kritis untuk bertahan hidup," kata Dr Moon.

Dikutip dari laman BBC, Selasa (7/2/2023), ia menjelaskan setiap orang dewasa kehilangan hingga 1,2 liter air setiap harinya.

"Itu termasuk urine, embusan napas, uap air, dan keringat jika ada. Pada titik di mana delapan liter atau lebih telah hilang, saat itulah seseorang menjadi sakit kritis," kata Dr Moon.

Baca juga: Dubes RI untuk Turki: Seorang Ibu dan Dua Anaknya Tidak Bisa Dihubungi

Selain itu, saat ini Turki dan Suriah sedang memasuki musim dingin.

Berita Rekomendasi

Orang dewasa rata-rata dapat mentolerir suhu serendah sekitar 21 derajat Celcius tanpa batas waktu.

Namun saat suhu menjadi lebih dingin, tubuh kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan panas.

"Pada titik itu, suhu tubuh pada dasarnya mengikuti suhu lingkungan. Dan kecepatan terjadinya hal (kondisi kritis) itu akan bergantung pada isolasi yang mungkin dimiliki orang tersebut, atau seberapa banyak tempat berlindung di bawah tanah yang mungkin mereka miliki. Namun pada akhirnya, banyak yang tidak beruntung karena mungkin mengalami hipotermia," jelas Dr Moon.

Baca juga: Penyanyi Neta Gabrynev Bersyukur Sudah Pulang dari Liburan ke Cappadocia Sebelum Gempa Guncang Turki

Dr Moon pun mengaku sangat berduka dan merasakan apa yang dirasakan para korban serta para relawan maupun dokter yang bertugas di lapangan dalam mengevakuasi korban.

"Hati saya tertuju kepada mereka yang terjebak, dan juga kepada para pekerja yang melakukan yang terbaik untuk mengeluarkan mereka dari masalah," kata Dr Moon.

Gempa berkekuatan M 7,8 mengguncang wilayah Turki dan Suriah.

Gempa berpusat di selatan Turki, tepatnya di provinsi Kahramanmaras pada Senin (6/2/2023) sekira pukul 04.17 waktu setempat.

Baca juga: 10 WNI Jadi Korban Luka Gempa Bumi di Turki, 1 Patah Tulang Punggung

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas