Menlu RI di Australia Tekankan Penghormatan UNCLOS 1982
Pertemuan itu dihadiri Menhan Prabowo bertemu dengan Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong dan Menteri Pertahanan Australia Richard Marles.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional, khususnya UNCLOS 1982.
Hal ini ia sampaikan pada pertemuan 2+2, antara Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Indonesia dan Australia di Canberra, Kamis (9/2/20223).
Pertemuan itu dihadiri Menhan Prabowo bertemu dengan Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong dan Menteri Pertahanan Australia Richard Marles.
Retno mengatakan penghormatan terhadap hukum internasional, khususnya UNCLOS 1982, penting agar laut menjadi kekuatan yang mendukung perdamaian dan kemakmuran.
"Kondisi kondusif harus diciptakan oleh semua pihak di Laut Tiongkok Selatan," kata Retno pada konferensi pers virtual terkait kunjungannya ke Australia.
Menlu RI juga menekankan pentingnya mengatasi tantangan maritim non-tradisional khususnya human trafficking dan IUU fishing.
Menurutnya, disinilah pentingnya mekanisme kerja sama Kawasan seperti Bali Process yang diketuai bersama oleh Indonesia dan Australia.
Baca juga: Menlu RI: Indonesia Khawatir Rivalitas di Kawasan Berubah Jadi Konflik
"Pertemuan Bali Process tahun ini akan dilakukan di Adelaide besok. Saya bersama Menlu Penny Wong akan menjadi co-chairs dari pertemuan tersebut," ujarnya.
Retno mengatakan, Indonesia sangat khawatir terhadap meningkatnya rivalitas di kawasan.
Jika tidak dikelola dengan baik, rivalitas tersebut dapat menjadi konflik terbuka yang sangat berdampak terhadap kawasan.
Indonesia terus mengajak Australia agar bersama-sama dapat menjadi positive force dalam menjaga kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera.
Indonesia juga menyampaikan kembali cara pandang mengenai Indo-Pasifik yang mengedepankan kerja sama inklusif di bidang ekonomi dan pembangunan.
"Harapannya, dengan kerja sama inklusif, ketegangan ini dapat diturunkan," ujarnya.
Retno mengatakan pertemuan 2+2 terakhir dilakukan di Jakarta pada tahun 2021.
Dua agenda besar yang dibahas, yaitu: dinamika Kawasan, yang antara lain membahas mengenai kompetisi major powers di kawasan, keamanan maritim, ASEAN, dan Pasifik; serta kerja sama bilateral, yang antara lain membahas ketahanan ekonomi, kerja sama keamanan siber, dan kebijakan pertahanan.
"Pertemuan ini memiliki arti sangat penting bagi Indonesia dan Australia karena membahas isu strategis politik luar negeri serta pertahanan/keamanan baik yang sifatnya bilateral maupun kawasan dan dunia," ujarnya.